Sabtu, 12 April 2014

FanFic - Kekacauan Pikiran Seorang Viking

Dooh, gue gak ada ide, nih... hasilnya upload ginian... -_-

Notes and warnings:
  • Hetalia belongs to Hidekazu Himaruya.
  • Genre: err... mungkin friendship
  • Kemungkinan DenNor di dalam ada~ :3
  • Viking AU, human name used.
  • Banyak kesalahan yang berpeluang muncul.
  • Beberapa adegan bisa saja merujuk ke sini atau ini.
Summary:
Mathias menemukan Lukas dalam keadaan terluka. Dan pada saat Lukas sadar, sesuatu yang aneh terjadi padanya dan memaksa Mathias untuk mencari penyelesaiannya.
Here it is!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Seorang pemuda tengah melesat di antara pepohonan dan rerumputan. Angin sepoi menerpa wajahnya yang begitu khawatir. Sebilah kapak perang masih ia pegang di tangan kanannya sementara kedua kakinya terus melangkah, menyusuri noda-noda darah yang jelas membekas di tanah.



"Ugh..., seharusnya aku tadi tidak meninggalkan Lukas bertarung sendirian," batin sang pemuda bernama Mathias itu. Terpikir olehnya peristiwa beberapa jam lalu.



Sebuah pertarungan sengit terjadi di pinggir hutan. Denting senjata yang saling bertabrakan terdengar dan titik-titik merah muncul di mana-mana. Mereka yang terlibat di dalamnya bertarung dengan satu tujuan: membasmi lawannya.



Punggung kedua pemuda saling bertabrakan pertanda terdesak. Keringat dingin terus mengucur deras menuruni wajah mereka. Beberapa noda darah juga terbentuk di senjata mereka, sebagai tanda bahwa mereka sudah melumpuhkan sebagian besar musuh. Keduanya adalah rekan seperjuangan, yang satu Mathias Køhler dan satunya lagi Lukas Bondevik.



"Bagaimana ini, Lukas? Kelompok kita semakin terdesak, sedangkan kelompok musuh yang kita hadapi ini sungguh kuat!" kata Mathias dengan nafas yang agak tersengal-sengal. Lukas sang rekan menyanggah, "Kau itu 'kan pemimpin! Memangnya kau tidak punya ide?"



Mathias terdiam sejenak, kemudian ia berseru, "Baiklah! Panggil troll-mu lagi, Lukas!" Lukas segera melakukan ritual pemanggil troll-nya dengan tujuan menyerang musuh. Sekejap saja, sesosok makhluk sihir berwarna hijau alga muncul di belakangnya. Makhluk yang disebut-sebut troll itu segera melibas siapapun yang ada di depannya kecuali Mathias dan Lukas.



"Bagus, mereka semua berhasil dilumpuhkan! Mathias, cepat pergi ke dalam hutan! Biar aku saja yang mengurus sisanya kalau beberapa dari mereka menyusulmu!" seru Lukas dengan lantangnya.



"Apa?! Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu? Kekuatanmu bahkan sudah mau habis dengan ritual pemanggil troll tadi!" sanggah Mathias.



"Daripada mengkhawatirkan orang lain, lebih baik kau khawatirkan dirimu sendiri! Lagipula, aku sanggup melawan mereka sendiri dengan pedang ini!" bantah Lukas sambil mulai mengangkat pedangnya dan mendorong Mathias masuk ke dalam hutan.



Akhirnya Mathias pasrah dan memasuki hutan. Namun, beberapa musuhnya tidak tinggal diam – mereka mengikutinya ke situ.



Mathias semakin khawatir tatkala melihat noda-noda darah yang semakin jelas di jalannya. Ia menebak kalau rekannya sudah tidak jauh darinya. Ia terus berlari sampai akhirnya ia menemukan orang yang dimaksud, namun keadaannya sungguh mengenaskan – terbaring lemas dengan seragam perang yang penuh noda darah. Selain itu, ia juga terluka parah, dan darah segar nampak mengucur deras dari kepalanya.



Mathias segera menghampirinya dan langsung memeriksa denyut nadinya – dan ia merasakannya. Syukurlah, ternyata kau masih hidup, batinnya. Sepertinya ia pingsan setelah menghadapi musuh yang jumlahnya tak terkira olehnya sedangkan ia sendiri tidak sanggup melawannya lagi. Mathias pun menggendongnya dan membawanya ke tempat yang aman.



---



Seorang pemuda yang sedari tadi dicari-cari Mathias menemukan dirinya terbaring di dekat pohon dengan tubuh yang terbungkus perban, termasuk kepalanya. Tidak hanya itu, ia juga melihat Mathias yang berada tidak jauh darinya, sedang memantau keadaan sekitar. Melihat rekannya terbangun, Mathias menghampirinya.



"Oh? Akhirnya kau sadar, Lukas. Aku sungguh khawatir denganmu!" ujar Mathias pada pemuda itu, dibalas dengan raut wajah yang bingung darinya.



"Ini..., di mana...?" tanya pemuda yang disebut Lukas tersebut pelan sambil menengok sejenak sekitarnya.



"Kita sudah di tempat yang aman. Tadi aku menemukanmu terluka parah di jalan," jawab Mathias. "Tapi, mungkin saja musuh akan menemukan kita di sini. Ayo kita pergi!"



Mendengar itu, Lukas malah berkata dengan dingin sambil menatapnya tajam, "Maaf, aku tidak mungkin ikut denganmu kecuali aku tahu benar siapa dirimu,"



"Hah? Apa yang kau bicarakan, kawan...? Aku ini rekanmu, Lukas...," ujar Mathias bingung.



"Heh, rekan katamu?! Aku tidak pernah merasa berjuang denganmu bahkan sebelum aku di sini!" balas Lukas ketus sambil kembali memakai seragam perangnya. Suasana menjadi hening seketika.



Di saat yang sama, segerombolan orang bersenjata tajam muncul di sekitar mereka tanpa disadari.



"Akhirnya kita ketemu lagi, para Viking bedebah! Menyerahlah dan kami akan menjamin keselamatan kalian," ucap salah satu anggota gerombolan itu. Tanpa banyak bicara lagi, Mathias dan Lukas segera mengambil ancang-ancang siap bertahan sekaligus menyerang. Mathias yang masih bingung berkata, "Lukas, kau serius dengan omonganmu barusan?"



"Oke, sepertinya kau benar-benar keras kepala, ya?" balas Lukas. "Aku pun tidak mengerti dengan apa yang terjadi di sini. Jadi, kalau kau ingin aku ikut denganmu, biarkan aku menghadapi mereka karena sepertinya mereka ini musuhmu,"



Lukas segera melesat ke arah gerombolan itu sambil mengayunkan pedangnya. Melihat itu, Mathias menyahut, "Hei, Lukas!! Jangan gegabah! Kau masih...," CRASH! Lukas berhasil menebas tubuh salah satu musuhnya. Kemudian, ia melakukan ritual pemanggil troll-nya sekali lagi untuk menyerang sisanya.



Troll tersebut melakukan seperti yang diharapkan Lukas. Mathias yang melihat itu tidak membuang-buang waktu lagi, ia segera mengemasi beberapa barangnya dan segera mengajak Lukas pergi. Lukas ikut saja tanpa reaksi apapun.



Selama pelarian mereka, tiba-tiba Lukas memegang kepalanya yang masih terlilit perban dan jatuh terduduk. Tak hanya itu, ia juga mengerang kesakitan.



"Kau tidak apa-apa, Lukas?" tanya Mathias melihat rekannya dalam keadaan demikian.



"...Tenang saja..., aku... tidak apa-apa...," ujar Lukas sambil mengatur nafasnya dan berdiri dibantu Mathias. Mathias sendiri semakin bingung dengan semua yang terjadi dengan Lukas. Akhirnya mereka melanjutkan pelariannya.



"Hei, apa yang sebenarnya terjadi denganmu? Kau sempat-sempatnya bilang kalau kau bukan rekanku," tanya Mathias. Sekejap, kedua mata cobalt-nya menerima tatapan tajam dari pemuda bermata violet itu.



"Untuk apa kau bertanya demikian?" Lukas balik bertanya.



"Kita ini kelompok Viking dari Laut Skandinavia, bukan? Bagaimana bisa kau melupakannya begitu saja?" tanya Mathias lagi.



"Aku tahu Viking itu apa, tapi kelompok Viking dari Laut Skandinavia itu apa lagi?" ucap Lukas dingin. Jantung Mathias serasa berhenti mendengarnya. "Aku bahkan tidak tahu siapa dirimu,"



"Jadi, kau sungguh-sungguh lupa semua tentang kelompok kita, juga diriku?" tanya Mathias yang disambut anggukan dari Lukas.



"Aku cuma tahu kalau aku ini seorang Viking yang punya troll yang menemaniku di manapun aku berada," ucap Lukas sambil berlalu. "Dan kuharap kau tidak ikut campur denganku,"



Mathias diam di tempat, masih tidak percaya dengan obrolannya dengan Lukas tadi. Ia juga memikirkan saat-saat ia menemukannya dalam keadaan terluka parah terutama di kepalanya.



"Tunggu! Luka di kepala? Apa jangan-jangan ia...?" batin Mathias sambil kemudian menyusul Lukas yang sudah agak jauh darinya. Ia melihatnya keluar hutan, tepatnya ke tempat di tebing yang langsung berbatasan dengan laut.



"Lukas! Sekarang aku tahu apa yang sedang terjadi denganmu!" seru Mathias girang tepat saat ia bertemu Lukas. Yang diajak bicara diam saja.



"Kau kehilangan ingatanmu. Tapi, jangan khawatir, aku pasti akan mengembalikannya lagi," lanjut Mathias. "Lebih baik kau ikut denganmu, oke? Aku akan memikirkan bagaimana mengatasinya,"



"Kehilangan ingatan katamu? Heh, sungguh alasan yang menggelikan untuk membawaku ikut denganmu. Dengar, aku tidak punya urusan satupun denganmu!" balas Lukas, menampik semua perkataan Mathias dan berlalu.



Tanpa ia sadari, ia melangkah di bagian tebing yang rapuh. Tanpa diragukan lagi, Lukas terpeleset dan hampir jatuh ke jurang kalau saja Mathias tidak menolongnya.



"Pegang yang erat, Lukas!!" teriak Mathias sambil menggenggam tangan Lukas.



"Apa yang kau lakukan, bodoh?! Aku terjatuhpun kau masih ikut campur!!" seru Lukas sambil berusaha memberontak.



"Kau itu rekanku, tahu!! Aku tidak mungkin meninggalkanmu begini!!" "Daripada mengkhawatirkan orang lain, lebih baik kau khawatirkan dirimu sendiri!!"



Begitu kata-kata tersebut melesat keluar dari mulutnya, Lukas mengerang kesakitan lagi, masih di kepalanya. "Sial..., kepalaku...," Mathias yang mengetahui itu terkejut, ia menyadari bahwa jika kepalanya sakit, artinya beberapa ingatannya muncul tiba-tiba di pikirannya.



Sayangnya, pegangan Mathias tidak cukup kuat untuk menahan mereka berdua. Mereka pun jatuh, masuk ke dalam laut yang cukup dalam. Mathias tahu, Lukas tidak bisa bertahan sendirian di dalam air. Ia pun segera menyelamatkan rekannya itu dan berusaha membawanya ke pantai terdekat.



---



"Hei, ayo bangun! Kita sudah di daratan," kata Mathias sambil mengguncang-guncangkan badan Lukas yang basah kuyup. Lukas pun terbangun sambil menatapnya dalam-dalam, seolah-olah ia pernah melihatnya entah di mana.



"Hm..., syukurlah kita selamat.... Kupikir sesuatu akan terjadi dengan kita," ujar Lukas sambil menghela nafas. Mathias hanya merespon dengan senyuman kikuk.



Lukas melanjutkan perkataannya, "Rupanya aku salah paham tentang dirimu...,"



"Hah? Kenapa tiba-tiba kau bicara demikian?" tanya Mathias, tertegun.



"Karena kalau kupikir-pikir dari saat aku pertama bersamamu, aku mulai berpikir kalau kau bukan orang jahat," jawab Lukas. Mathias tersenyum kecil mendengarnya.



Tiba-tiba sebuah kapal tampak mengarah ke mereka. Raut wajah Mathias berubah serius saat ia menyadari kapal tersebut adalah milik musuh. Ia membatin, "Cih, mereka betul-betul keras kepala.... Entah di hutan atau pantai, mereka tetap menemukan kami di sini...,"



Mereka yang berada di dalam kapal turun dari situ. Salah satu dari mereka berseru dengan tatapan menakutkan, "Kelompok kalian akan selamat jika salah satu dari kalian rela dijadikan tawanan kami! Jika tidak, ini akan menjadi tempat terakhir kalian berdua!"



Mathias dan Lukas terdiam sejenak. Tiba-tiba Lukas bangkit dan mulai berjalan ke arah mereka. Melihat itu, Mathias segera mencegahnya, "Apa yang kau lakukan, Lukas?! Mereka semua itu musuh kita!" Lukas diam seribu kata. "Kalaupun kau mau dijadikan tawanan oleh mereka, belum tentu mereka akan membiarkan teman-teman kita selamat!"



Dengan wajah yang tegang, tanpa sengaja mata Mathias dan Lukas menangkap beberapa panah yang melesat ke arah mereka. Segera saja, mereka menggenggam erat-erat senjata masing-masing dan mengayunkannya sehingga bidikan panah tersebut meleset.



"Aha!! Keluarlah kalian dari situ!! Jangan kira kami tidak tahu, ya!!" seru Mathias sambil menunjuk semak tempat orang-orang tersebut bersembunyi. Namun, mereka tetap bergeming. "Oh..., kalau itu yang kalian minta.... Lukas!"



"Ada apa?" tanya Lukas.



"Panggil troll-mu kemari!" pinta Mathias. Lukas pun menyanggupi permintaannya itu dan segera melakukan ritualnya. Sejurus kemudian, sesosok makhluk sihir muncul kembali dan segera menyerang para pemanah itu. Tak hanya itu, Lukas merasakan sebuah sensasi di pikirannya, seakan-akan ia pernah melihat pemuda berambut pirang itu. Namun, kali ini ia tidak merasakan sakit di kepalanya.



"Oke! Tidak seru kalau aku tidak ikut bertarung, iya 'kan?" ujar Mathias sambil mengambil ancang-ancang menyerang dengan kapak perangnya. Ancang-ancang tersebut menandakan pertarungan akan terjadi kembali.



Denting senjata tajam terdengar lagi dan beberapa titik merah kembali terbentuk di tanah. Satu persatu orang dari pihak musuh pun bertumbangan, tinggal si pemimpin yang semakin mendesak Mathias dan Lukas. Di saat Mathias lengah, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera menyerangnya.



"HABISLAH KAU!!" pekik pemimpin tersebut sambil mengarahkan ujung pedangnya ke arah Mathias. Mathias yang sedang lengah terperangah, dan berpikir ia tidak akan sempat menghindar.



"AWAS!!" seru Lukas begitu melihat Mathias terdesak. Ia segera berlari ke arahnya. Dan tebak apa yang terjadi – Lukas berada tepat di depan Mathias, bersiap melindungi rekannya apapun konsekuensinya.



JRASS!!



Titik-titik merah berjatuhan dari ujung pedang. Mathias tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Lukas tetap berdiri walaupun ia tahu keadaannya tidak mendukungnya untuk menjadi perisai bagi temannya. Saat itulah Lukas mulai berkata-kata, "...Payah kau..., Anko Uzai...,"Mathias terperangah mendengar frasa 'Anko Uzai' yang diucapkan Lukas barusan seperti saat ia biasa menyindirnya dulu. Apakah benar ingatannya sudah kembali, batinnya.



Tiba-tiba Lukas jatuh terduduk. Rupa-rupanya serangan yang tadinya ditujukan ke Mathias sudah membuat luka di pinggangnya terbuka lagi. Mathias yang melihat itu segera membantu Lukas untuk bangkit.



"Lukas, apa benar ini kau? Kau tahu siapa aku?" tanya Mathias dengan wajah penasaran.



"Tentu saja, Anko Uzai! Kau pikir aku ini gila sampai tidak mengenalmu sekalipun?" jawab Lukas ketus dengan tangan yang berlumuran darah karena masih memegangi lukanya.



Lawan mereka justru tertawa sinis, "Fufufu..., kalian masih keras kepala, ya? Baiklah, akan kukabulkan keinginan kalian!!" Sekali lagi ia mengayunkan pedangnya ke arah Mathias dan Lukas yang sudah tak berdaya. Namun, usahanya gagal karena sebuah kerikil melesat mengenai wajahnya. Ia pun menjerit kesakitan.



Mathias dan Lukas berbalik dan tebak apa yang mereka lihat – tiga orang laki-laki dengan senjata di tangan mereka. Mereka adalah rekan-rekan Mathias dan juga Lukas.



"Hah! Berwald! Emil! Tino!" seru Mathias girang.



"Mathias! Bawa Lukas ke tempat yang aman! Biar kami yang hadapi sisanya!" seru salah satunya dari kejauhan dan Mathias segera melakukannya.



Sementara itu, mereka yang disebut sebagai Berwald, Emil, dan Tino bersiap menghadapi musuh yang ada di depan mereka. Tentu saja, si pemimpin dari pihak musuh tersebut jadi kewalahan karena ia harus menghadapi tiga orang sekaligus. Akhirnya, ia pun melarikan diri bersama beberapa awak kapal yang masih ada di dalam.



"Hm..., benar-benar pengecut..., kita datang sudah langsung kabur," ujar Emil sinis.



---



Langit yang awalnya biru berubah memerah tatkala matahari bersiap untuk digantikan oleh bulan selama setengah hari. Sebuah kapal Viking kecil tampak terdiam di pinggir laut yang agak jauh. Di pantai, Mathias dan Lukas memandangi saat-saat itu sambil berbicara barang sepatah kata.



"Lukas..., aku sungguh lega begitu ingatanmu kembali," ujar Mathias.



"Benarkah? Aku tidak merasakannya...," balas Lukas. Mathias tertegun mendengarnya, kemudian merespon, "Kau benar-benar tidak merasa kehilangan ingatanmu, begitu?" Lukas hanya mengangguk sambil menjawab, "Itu benar, Mathias. Kecuali satu hal...,"



Tiba-tiba Lukas memeluk Mathias, tapi dengan maksud pelukan saudara yang sukses membuat Mathias terperangah. Sambil terus memeluk Mathias, Lukas mengucap, "Terima kasih, Mathias. Waktu itu kau menolongku saat aku nyaris tenggelam di laut...," Di saat itulah Mathias mulai berpikir apa mungkin Lukas mendapatkan sedikit ingatannya ketika mereka jatuh ke laut, lalu tiba-tiba menghilang lagi.



Di kejauhan, Berwald beserta Tino dan Emil mencegat mereka. Mereka bertiga nampak membawa beberapa barang yang akan dibawa dalam perjalanan yang cukup jauh. Melihat teman-temannya bersiap, Mathias dan Lukas melepaskan pelukan mereka dan menghampiri teman-temannya.



"Mathias, barang-barangnya sudah disiapkan semua," kata Berwald dengan suara yang tidak begitu jelas. Mathias yang mengerti maksud omongan Berwald menjawab, "Oke! Kalau begitu ayo masuk ke kapal! Kita lanjutkan perjalanan kita," Semua melakukan apa yang dikatakan Mathias tadi. Mereka pun masuk ke kapal yang berada beberapa meter dari tempat mereka berada, sambil bersiap-siap menghadapi keganasan laut berikutnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yah, itulah saya; orangnya suka bingung dengan idenya sendiri... jadi, tolong jangan flame saya... i^i

0 komentar:

Posting Komentar