Jumat, 21 Februari 2014

FanFic - Hope and Spirit

Annyeong haseyo~!

Akhirnya gue kembali nge-blog juga~! (Readers: bukannya lu mau ikut lomba, ya?) BTW soal lomba, ternyata lombanya diundur sampai September atau Oktober! Lama, 'kan? Nah, jadilah gue nambah postingan lagi...

Kali ini gue mau bikin fanfic lagi, kali ini crossover Code Lyoko dengan Daigunder~ (gue ini crossover lover, so masbuloh? =3=), karena kalo gue lihat, main chara dari masing-masing fandom (baca: Aelita dan Ryugu) kasian juga, diincer (?) antagonis utama #tepukbahu...
 
Notes and warnings:
  • Code Lyoko belongs to MoonScoop.
  • Daigunder belongs to Takara.
  • Genre: of course friendship~ :3
  • 1st person POV itu terserah kalian, karena yang mereka lakukan tuh sama~
  • Ke-OOC-an, diksi gak jelas, atau kesalahan lainnya tetap berpeluang untuk muncul.
Summary:
Di bawah alam sadar, tanpa sengaja aku dipertemukan dengan sosok lain yang mengalami hal yang hampir sama denganku.
Cekidot!


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Seorang gadis dengan penampilan seperti elf berlari di sebuah ruangan yang penuh dengan warna biru karena menyadari dirinya sedang dikejar dua monster besar berwarna coklat. Lalu, ia melihat sebuah celah di sebelah kirinya, berharap ia bisa lolos dari monster mengerikan itu. Namun, tidak seperti yang ia harapkan, ia memasuki jalan buntu.



"Aelita! Awas di belakangmu!!"



Gadis berambut merah jambu itu segera berbalik, dilihatnya makhluk besar menyerupai ubur-ubur melayang-layang tepat di depannya. Makhluk itu mengikatnya dengan tentakel-tentakelnya, kemudian menempelkan dua tentakelnya di kening gadis itu.



"Gawat! Schyphozoa itu menghisap memorinya!!"



"Bagaimana ini? Yang lainnya juga sudah keluar dari Lyoko...," Tak lama kemudian, makhluk itu melepaskan ikatannya, sehingga si gadis terjatuh tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.



"AELITA!! TIDAAAKK!!"



---



Di sebuah hutan terdengar suara derap kaki yang terdengar serentak. Suara itu berasal dari seorang anak laki-laki berambut coklat dan robot putih yang tingginya kurang lebih sama dengannya. Tampaknya mereka dikejar-kejar sesuatu yang keberadaannya sama sekali tidak mereka harapkan. Namun, sosok itu sudah berada di hadapan mereka.



"Kalian tidak bisa lari ke mana-mana lagi...,"



Anak laki-laki itu terdiam ketakutan, begitu juga dengan teman mekaniknya itu. Mereka berpikir keras bagaimana caranya bisa kabur dari sosok yang berupa robot besar berwarna hitam itu. Sejurus kemudian, sebuah cahaya hitam muncul di tangan robot hitam itu dan semakin membesar dengan sosok kecil di depannya sebagai sasarannya.



"Akira! Awas...!!" Tubuh si anak laki-laki segera didekap robot putih itu. Sekejap saja, mereka berdua terhempas sekitar lima meter dari tengah hutan. Kabar baiknya, anak laki-laki itu selamat. Kabar buruknya, teman mekaniknya sama sekali tidak bergerak.



"Ryugu? Ayolah kawan, sadarlah...!" Si anak laki-laki mengguncang-guncangkan tubuh temannya, namun ia tetap bergeming.



---



(1st person POV)



Kubuka kedua mataku, terlihatlah sebuah tempat yang entah apa namanya. Hanya ada sesuatu semacam kabut putih di mana-mana. Aku pun mendapati diriku melayang-layang, seolah-olah ini ruang hampa. Selain diriku, tak terlihat apapun di sini. Perlahan aku menyadari bahwa aku sedang berada di tempat yang benar-benar membingungkan.



Perlahan kukerahkan seluruh usaha untuk menggerakkan tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan adanya sebuah benda transparan yang cukup keras yang mengenai tanganku, mirip-mirip kaca. Segera saja, aku menempelkan tanganku pada benda itu. Sekejap saja, kedua kakiku menempel di 'lantai' tempat itu. Namun, yang mengejutkan, aku melihat sosok lain di benda itu. Ia bergerak persis seperti gerakanku, namun sosoknya berbeda jauh dari sosokku. Entah ia bayanganku atau bukan.



"Apa yang kau lakukan di sana?" kata sosok di depanku tiba-tiba. Tunggu sebentar, sepertinya aku tidak berbicara sepatah katapun - ia yang mulai bicara. Akhirnya kubalas ucapannya dengan pertanyaan, "Kau sendiri kenapa bisa ada di sini?"



"Aku baru saja menghadapi sosok yang besar dan tidak kuharapkan keberadaannya. Tapi, aku justru dikalahkan olehnya dan entah bagaimana tiba-tiba aku sudah ada di sini...," jelasnya. Aku terkejut karena aku baru saja mengalami hal yang sama dengannya.



"...ternyata kita mengalami hal yang sama, iya 'kan?" lanjutnya. Aku semakin terkejut karena ia bahkan tahu yang terjadi padaku. Apakah mungkin sosok yang ada di depanku ini bayanganku yang menyamar menjadi sosok lain? Suasana menjadi hening sejenak.



"Memang benar, aku juga mengalami hal yang sama denganmu...," balasku.



"Benar, 'kan? Kurasa kita bisa berteman, walau hanya sebentar," Hanya sebentar? Apa maksudnya?



"Se, sebentar! Apa yang sedang terjadi di sini?!" tanyaku.



"Aku muncul di sini karena kulihat kau hampir kehilangan semangat dan harapanmu...," jawabnya. Aku hanya tertegun mendengarnya.



"...jadi aku bermaksud mengembalikannya padamu," lanjutnya.



Ya, sepertinya memang benar. Saat aku terdesak dan kemudian dikalahkan oleh si bajingan itu, aku merasa semangatku turun dan harapan dari teman-temanku hancur seketika. Tiba-tiba aku merasa diriku ini benar-benar tidak bisa diandalkan. Aku benar-benar pengecut!!



"Tenanglah, kawan.... Aku bisa membuatmu memiliki semangat dan harapan lagi...," katanya yakin. Sejenak aku melihat wajahnya yang menunjukkan keoptimisannya. Benar, sekarang aku bisa merasakannya! Semangat dan harapan yang bersatu. Aku bisa merasakan kehangatan itu.



"Kau benar! Aku mendapatkan semangat dan harapanku kembali. Bagaimana kau melakukannya?" tanyaku. Ia tidak menjawab. Tiba-tiba, secara perlahan muncul beberapa sosok yang sangat kukenali keberadaannya di sebelah lawan bicaraku - itu teman-temanku!



"Dengan dukungan dari teman-temanmu...," katanya. Mataku berbinar-binar melihat mereka semua, namun hanya berlangsung sementara karena perlahan-lahan mereka mulai menghilang.



"...dan yang terpenting adalah dari dirimu sendiri," lanjutnya. Akhirnya aku baru sadar kalau dua unsur itu aslinya didapat dari diriku sendiri, selebihnya dari dukungan teman-temanku.



"Terima kasih sudah menemaniku..., sekarang aku harus pergi," katanya. Aku terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakannya.



"Pergi? Tapi, kenapa?" tanyaku tidak percaya.



"Lihatlah dirimu, kau sendiri mulai menghilang...," Menghilang? Kulihat salah satu tanganku, dia benar! Aku harus pergi dari sini, karena kalau tidak yang lainnya akan khawatir.



"Sampai jumpa, teman...," lanjutnya sambil perlahan menjauh dari benda transparan itu. Aku bisa merasakan diriku terdorong menjauh dari benda itu. Akhirnya aku mulai menghilang dari tempat itu.



---



"Akhirnya kau sadar juga...," Terlihat di depan robot putih itu seorang anak laki-laki dengan wajah yang begitu khawatir.



"Iya, kami benar-benar khawatir denganmu, mogu~," sahut robot mole oranye, ikut menimpali. Teman mekanik anak laki-laki itu hanya bisa bergumam, "Tadi itu... mimpi, ya?"



---



Seorang gadis berambut merah jambu membuka matanya. Terlihat olehnya ruangan yang sama dengan saat ia dikejar-kejar beberapa monster itu.



"Apa yang sebenarnya sedang terjadi di situ...?" Seorang anak laki-laki berambut lancip terlihat tidak percaya.



"Apa mungkin itu Franz Hopper? Atau...?" lanjut gadis berwajah oriental, ikut-ikutan bingung. Sementara itu, sang gadis yang berada di ruangan biru itu bergumam, "Mungkinkah mimpi itu...?"


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gimana? Silakan dikomentari, if you don't mind~ ;D

0 komentar:

Posting Komentar