Kamis, 05 Februari 2015

FanFic - Ketika Robot Bisu Berbicara

Halo, ane mau ngepost fanfic Daigunder lagi, nih! Kali ini yang kelima! \^o^/

Kali ini, ane sempat kepikiran, "Gimana jadinya kalo Sabotto dan Gunder bisa ngomong, ya?", dan pada akhirnya fanfic ini berhasil dibuat, lho~ Ide ane keren, 'kan~? (Readers: Biasa aja kali...)

Notes and warnings:
  • Daigunder belongs to Takara.
  • Another fandoms that comes here belongs to their respective creators.
  • Genre: humor; Rating: K+ hampir T
  • Garing, OOC, ngaco, yang pasti banyak kesalahan yang tersedia di sini~ #plak
Summary:
Gunder bisa ngomong? Bagi Akira dan kedua temannya, menemukan kejadian seperti itu bagaikan menemukan sebuah oasis di tengah gurun pasir yang gersang. Sabotto juga bisa ngomong? Rasanya seperti menemukan oasis plus pohon-pohon di sekelilingnya. 
Douzo~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Oh! Hai, Gunder! Sudah siap latihan hari ini?" tanya seorang anak kecil berambut coklat kepada robot bentuk naga di depannya.

"Aku sudah siap, Akira. Kita mulai saja."

Lah?

Dia ngomong?

Anak kecil itu menyemburkan es teh yang tengah diminumnya tiba-tiba, kemudian segera mengguncang-guncangkan tubuh robot itu sekuat yang ia bisa.

"GUNDER!! SEJAK KAPAN KAU BISA NGOMONG?! JAWAB, GUNDER!! JAWAB!!"

"WOI, AKIRA!! BISA GAK SIH, GAK TERIAK-TERIAK GAJE GITU, HAH?!"

Anak kecil bernama Akira itu terbangun tiba-tiba setelah merasakan sebuah guncangan hebat di bagian bawah ranjangnya. Begitu tersadar sepenuhnya, ia balas berteriak kepada si pembuat guncangan itu, yang tak lain adalah saudara angkat..., bukan, maksudku teman dekat Akira dengan wujud robot yang bernama Ryugu.

"ASTAGA, EMANGNYA KAU GAK NGERTI APA?! INI NGIGAU, RYU!! NGIGAU!!"

"NGIGAU SIH NGIGAU, TAPI GAK USAH PAKE ACARA TERIAK-TERIAK JUGA, KELES!!" balas Ryugu yang tiba-tiba berubah alay (?).

"PLIS, AKIRA, RYUGU!! INI MASIH TENGAH MALAM, TAHU!! RISIH AKU DENGAR KALIAN TERIAK-TERIAK BEGITU!!" teriak seorang remaja perempuan yang tiba-tiba nyelonong masuk kamar.

Teriakan dari remaja perempuan bernama Haruka itu sukses membuat dua sosok kecil itu bungkam seketika. Melihat ekspresinya yang bahkan lebih menakutkan daripada Titan yang memakan kepala Ilse Langnar di OVA SnK (?), mereka pun langsung kembali ke posisi semula dan kembali terlelap dengan cepatnya. Haruka sendiri juga segera keluar dari kamar mereka dengan dongkolnya.

---

Ketiga sosok itu berkumpul di halaman depan markasnya sambil menikmati segelas es teh di tangan mereka masing-masing. Bukan itu saja, mereka menyelinginya dengan kegiatan lain. Haruka mengutak-atik data dalam laptopnya, Ryugu mencoba memperbaiki senjatanya, sedangkan Akira cuma duduk santai di dekat mereka.

"Heran, deh," desah Ryugu sambil memutar-mutar obeng di tangannya. "Tidak biasanya Akira ngigau sambil teriak-teriak gitu," Ia pun beralih ke Akira. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi padamu? Kau sempat teriak-teriak soal Gunder yang tiba-tiba bisa ngomong, 'kan?"

Akira juga ikut mendesah sambil menoleh ke temannya itu, "Entah mimpi macam apa yang kualami semalam. Semacam pertanda atau bukan, tidak kepikiran sama sekali olehku."

"Jangan-jangan ini ada kaitannya dengan pertandingan latihan dua hari lalu," ucap Haruka, ikut nimbrung dalam obrolan mereka. "Kalau tidak salah, Profesor Hajime bilang dia mengalami kerusakan yang lumayan parah, 'kan?"

Ryugu memandangi perisai yang sedang ia perbaiki, kemudian membenarkan perkataan Haruka, "Iya juga, sih. Perisaiku sampai rusak begini, padahal aku sendiri baik-baik saja, kok."

"Keajaiban, kali? Jarang-jarang robot sepertimu dapat keajaiban begitu," ledek Akira seraya menyeruput es tehnya.

"Tch, keajaiban apanya, Akira? Kau tahu sendiri 'kan, kalau aku tidak terlalu percaya dengan yang begituan?" sanggah Ryugu sambil meneruskan kegiatannya.

Di saat obrolan mereka hampir memanas karena ledekan Akira tadi, tiba-tiba Gunder datang tepat di samping Haruka. Mendengar rintihan khasnya itu, ketiga orang itu memfokuskan pandangan mereka ke arahnya.

"Kalian membicarakan aku?" Kalimat itu terdengar tepat setelah rintihan itu.

Jduarr!! Sebuah efek petir menggelegar muncul di belakang ketiganya. Dua manusia dan satu robot itu memasang ekspresi tidak percaya mereka. Mereka bertiga yakin mereka baru saja salah dengar.

"Gunder, ini benar-benar kau?" tanya Ryugu seraya mendekati Gunder. Begitu mereka berdekatan, robot putih itu segera mencengkeram leher partnernya dan mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan penuh rasa tidak percaya. "KATAKAN PADAKU, GUNDER!! SEJAK KAPAN KAU BISA NGOMONG BAHASA MANUSIA, HAH?!"

"Apa-apaan kau ini? Aku tanya padamu apakah kalian bertiga sedang membicarakan aku!" seru Gunder yang tidak puas dengan jawaban teman kecilnya itu.

"Astaga, pasti ada yang melakukan malpraktik selama memperbaikinya," ujar Haruka sambil mengacak-acak rambutnya. Ia pun segera beranjak dari tempat duduknya. "Gak mungkin Gunder jadi begini tanpa sebab!"

"Seseorang, tolong tampar aku. Aku pasti sedang bermimpi," batin Akira sambil keringat dingin.

Di tengah-tengah kebingungan tiga sosok itu,  seseorang datang dari dalam markas. Oh, ternyata itu Profesor Hajime. Entah dia datang karena risih dengan keributan yang mereka buat atau cuma iseng datang, tidak ada yang tahu. Yang pasti, si jenius tua itu datang menghampiri mereka, jelas 'kan?

"Hei, semua! Hari yang indah, bukan?" sapanya dengan santai.

Krik, krik. Sekelompok jangkrik melakukan paduan suara dadakan di sekitar mereka.

"PROFESOR!!!" seru ketiganya secara bersamaan (Eh, tumben Akira memanggil kakeknya sendiri dengan sebutan 'Profesor')

"Apa yang sudah Profesor lakukan pada Gunder?!"

"Jangan bilang kalau ada kesalahan prosedur saat memperbaikinya!!"

"Apa yang harus kita lakukan, Kek?! Apa?!"

"CUKUP, ANAK-ANAK!!" seru Profesor yang kesal lantaran dihujani berbagai pertanyaan dari tiga orang itu. "Ekhem, mending kalian tanya satu-satu aja! Suaraku lagi serak sekarang, jadi jangan buat aku teriak-teriak terus, oke?"

Mendengar permintaan dari Profesor Hajime itu, baik Akira, Ryugu, maupun Haruka langsung duduk manis layaknya anak-anak yang antusias untuk mendengarkan cerita dari sang pendongeng. Begitu ketiganya sudah duduk, Profesor memulai penjelasannya.

"Jadi, begini, kalian masih ingat pertandingan latihan tempo hari itu, 'kan?" tanyanya di permulaan. Mereka bertiga mengangguk membenarkan.

"Waktu itu kita dikalahkan, sampai-sampai aku mengalami kerusakan yang cukup parah. Aku benar, 'kan?" sambung Gunder.

Semua terdiam dan Gunder menganggap pertanyaannya dijawab dengan 'iya'.

"Terus, kalau tidak salah kalian diperbaiki kemarin, 'kan?" tambah Akira sambil menatap Ryugu dan Gunder bergantian.

"Benar, aku diperbaiki duluan dan Gunder belakangan. Tapi, masa' iya sih, Gunder jadi begitu hanya karena diperbaiki belakangan? Aneh, 'kan?"

Semua terdiam lagi, dan kali ini sebagai isyarat bahwa mereka tengah memikirkan jawaban dari kebingungan mereka. Di saat itulah sebuah robot asisten berbentuk bulat datang menghampiri Profesor. Namun, dilihat dari cara datangnya yang terburu-buru, nampaknya ada suatu hal darurat yang terjadi.

"Fufufu..., sepertinya kami mengganggu acara kumpul-kumpul kalian, ya~?"

Si robot bulat bernama Sabotto itu didekap oleh sebuah sosok yang berbicara tadi. Tak lama kemudian muncul lagi sebuah sosok yang sepertinya teman dari sosok pertama. Ketiga manusia beserta kedua robot yang melihat itu terbelalak. Mereka sangat mengenali kedua sosok tinggi itu.

"Ekh?! Tigamaru dan Rougamaru?!" seru Akira terperanjat.

"Kekeke..., kami sudah mendengar obrolan kalian~" kata Rougamaru. "Kudengar teman kalian yang bisu ini tiba-tiba bisa bicara, 'kan~?"

"Eekh!! Tolong aku!! Beep!!" Kalimat yang dilontarkan Sabotto secara tiba-tiba itu mengejutkan semua yang berada di situ kecuali duo robot ninja itu.

"Kami pergi dulu, ya~ Sayonara~" Kedua robot lihai itu kemudian menghilang seketika sambil membawa Sabotto bersama mereka.

Lima sosok itu membisu seketika. Mereka tidak percaya Sabotto yang biasanya cuma bisa bilang "Beep! Beep!" bahkan bisa bicara secara tiba-tiba. Profesor Hajime pun menjadi pusat pandangan keempat yang lainnya. Sepertinya lagi-lagi ia akan disalahkan untuk masalah Sabotto.

"Ada apa? Aku bahkan tidak tahu menahu sama sekali soal Sabotto. Sungguh!" jelas Profesor, mencoba untuk mengelak dugaan mereka berempat.

"Benarkah?" tanya Gunder curiga. "Bukankah selama ini Profesor yang selalu mengurus perbaikan robot?"

"Sudahlah, Gunder. Ini bukan waktunya ngebahas yang seperti itu," kata Haruka menenangkan.

"Benar! Yang penting kita mesti menolong Sabotto dulu," ujar Akira membenarkan.

---

Robot berbentuk pegacorn – pegasus-unicorn – yang bernama Ginzan tengah melangkah santai menyusuri sebuah hutan yang tak terlalu lebat. Ia merasakan ketentraman dalam hatinya ketika berada di antara ratusan pepohonan yang hijau nan rimbun, namun semua itu tidak berlangsung lama. Ketentraman itu pecah begitu kedua matanya menangkap sesuatu yang telah kesekian kalinya ia lihat – dua partnernya yang lagi-lagi berulah.

"Hei, Ginzan! Lihatlah apa yang kami bawa sekarang!" ujar Tigamaru senang sambil menunjukkan robot bulat itu di hadapannya.

"Kalian ini...," desah Ginzan sambil sweatdrop di tempat. "Apa kalian tidak malu dengan kelakuan kalian terhadap Akira, hah? Lagipula, ngapain juga kalian bawa Sabotto ke sini lagi?"

"Dia bisa bicara, lho!" bisik Rougamaru begitu ia mendekati robot ungu itu. "Kau mau bukti? Kami perlihatkan, ya~?"

Tigamaru membuka selotip yang menutup lubang bulat di wajah Sabotto. Begitu lubang itu terbuka, suara yang tentu saja bukan milik ketiga anak buah Profesor Big Bang tersebut terdengar tiba-tiba dan menggema di penjuru hutan.

"Beep!! Tolong aku!! Seseorang, tolong aku!! Beep!!" Begitulah suara yang terdengar tadi. Ginzan terperanjat mendengar suara yang nyata-nyata didengarnya dari Sabotto sendiri.

"Tuh 'kan, Ginzan?" tanya Rougamaru sekali lagi untuk memastikan. "Kau mendengarnya sendi-"

Prakk!! Sebuah batu berukuran sedang menghantam kepala robot serigala itu dari belakang. Rougamaru beserta dua partnernya menoleh ke asal lemparan itu dan menemukan tiga manusia serta dua robot yang sangat dikenalinya.

"HEI!! KALAU KALIAN BERANI, LAWAN KAMI!! JANGAN CUMA BERANI NYEKAP SABOTTO SAJA!!" teriak Gunder dengan (kelewat) lantangnya.

"Buset dah, gak nyangka suara Gunder besar begitu.... Rasanya badan ini jadi kaku...," gumam Haruka sambil merinding gara-gara suara Gunder. Namun, ia tak sendiri karena Akira dan dua lainnya juga bereaksi sama dengannya dengan sebab yang sama pula.

Ginzan, Tigamaru, dan Rougamaru mendengarnya sendiri.

Ya, mereka mendengar teriakan itu sendiri.

"HEEEHHH?!" teriak mereka tak percaya lengkap dengan efek petir menggelegar (lagi) di belakang mereka. Bagaimana tidak, mereka bertiga mendengar sendiri satu lagi robot bisu (baca: Gunder) yang juga tiba-tiba bisa bicara.

"Apaan kalian 'hah-heh' begitu?!" seru Ryugu seraya mengacung-acungkan pedangnya. "Bukan kalian saja yang gak percaya. Kita juga, tahu!!"

"Plis deh, nih robot kecil kacupling (?) banyak omong banget...," batin Tigamaru sambil entah kenapa membayangkan seorang ksatria Prusia pengidap albinisme yang masih anak-anak dan berseru dengan angkuhnya sambil mengangkat pedang (Gilbert Beilschmidt dari APH, kah? #bukanwoi)

"Kami tidak ada maksud untuk bertarung dengan kalian. Cepat kembalikan Sabotto dan kami akan segera pergi," pinta Profesor Hajime. Namun, dari gerak-gerik dua robot ninja itu, kelihatan sekali kalau mereka enggan memenuhi permintaan tersebut.

Bagaimana dengan Ginzan? Oke, sepertinya ia sudah menyerah dengan sikap kedua partnernya yang keras kepalanya selangit. Ia pun perlahan ngeloyor keluar hutan sambil mengumpat dalam hati, tentu saja tentang Tigamaru dan Rougamaru. Intinya ia tidak mau tahu lagi jika nantinya sebuah pertarungan terjadi di situ.

Kita kembali ke dua tim robot yang terbentuk dadakan itu. Baik dari pihak Akira maupun dari pihak Tiga-Rouga sama-sama melontarkan tatapan tajam dari mata mereka. Setelah beradu pandang selama beberapa saat, Akira mulai menunjukkan seringainya.

"Tch, ternyata makin lama kalian makin kepala batu," ucapnya. "Ryugu! Gunder!"

Begitu mendengar aba-aba dari bocah berambut coklat itu, kedua robot yang dipanggil itu mengambil segera ancang-ancang untuk menyatukan diri.

"Menyatu!!"

Tak kurang dari tujuh menit, muncullah di hadapan tiga manusia itu robot besar yang tingginya kira-kira sama dengan Tiga-Rouga. Nampaknya robot tersebut sudah tidak sabar untuk mengambil kembali temannya yang diculik duo robot ninja itu.

"Kalian sungguh keras kepala! Kalau begitu, akan kami ambil Sabotto dari kalian secara paksa," ucap robot bernama Daigunder itu.

Dafuq?!

Apaan lagi ini?!

Daigunder juga bisa ngomong?!

Kira-kira itulah yang ada dalam pikiran Tigamaru serta Rougamaru. Tetapi, sepertinya Akira, Haruka, dan Profesor Hajime tidak terlalu kaget menanggapinya. Ini dikarenakan mereka tahu kalau suaranya itu lebih mirip suara Gunder yang kurang lebih sama beratnya, sedangkan Gunder sendiri memang tiba-tiba bisa ngomong saat itu. Dengan kata lain, bisa dipastikan bahwa yang bicara sebagai Daigunder adalah Gunder sendiri.

Baiklah, kita kembali fokus ke pertarungan dadakan di hutan antara Tim Akira dengan Duo Tiga-Rouga. Kedua belah pihak itu bersiap-siap untuk bertarung demi sebuah robot bulat bernama Sabotto. Tanpa ada satupun aba-aba dari seorang wasit, duo robot ninja itu segera melancarkan sebuah serangan.

Pertama, Tigamaru mencoba menyerang dengan cara mengayunkan cambuknya ke sasaran, namun Daigunder berhasil menghindar. Rougamaru pun menambah serangan Tigamaru dengan tebasan katananya, dan sialnya serangan itu berhasil ditangkis.

"Jangan kira kami selemah dulu!" seru Daigunder. "Sekarang giliran kami menyerang."

Kini, giliran robot yang dominan putih itu yang melancarkan serangan kepada lawannya. Dikeluarkannya Dragon Sword dari belakangnya, kemudian segera mengayunkannya ke arah Tiga-Rouga. Rougamaru berhasil menghindar, namun Tigamaru justru terkena serangannya. Ia pun jatuh terjerembab dan Sabotto terlepas dari tangannya (Ya, sejak awal pertarungan ia masih membawa Sabotto bersamanya)

Rougamaru yang melihat Sabotto yang terlempar di udara tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia pun segera menangkapnya sebelum keduluan Daigunder. Sayangnya, di saat ia berhasil mendarat dengan mulusnya, ia tidak sadar kalau Daigunder sudah mengarahkankan meriamnya tepat di belakangnya.

"Dragon Cannon!!"

Rougamaru sudah terlempar jauh dengan tidak elitnya. Tigamaru yang menyadari itu menjerit panik dan segera menyusul rekannya secepat mungkin agar tidak kesasar. Bagaimana dengan Sabotto? Nampaknya Dewi Fortuna berpihak sepenuhnya kepada robot merah jambu itu. Di saat Rougamaru lengah tepat sebelum Daigunder menembakkan meriamnya sebagai serangan terakhir, ia berhasil melepaskan diri dari tangan robot serigala itu.

"Hiee!! Profesor, aku takut sekali!! Beep!!" jerit Sabotto ketakutan seraya melesat ke Profesor Hajime.

"Sudah, sudah. Semua sudah selesai, kok, Sabotto," kata Profesor sambil langsung memeluk robot asistennya erat-erat.

Akira dan Haruka terkekeh lega. Tak lama setelahnya, mereka melihat Daigunder yang mendeunifikasi dirinya sendiri menjadi dua. Ryugu dan Gunder kemudian menghampiri kedua manusia muda itu.

"Hahaha, Sabotto! Kami gak pernah nyangka kalau kau ternyata bisa bicara juga, lho!" ujar Ryugu seraya menepuk-nepuk tubuh Sabotto. Gunder ikut menyambung, "Apa sih, rahasianya? Aku sendiri juga bisa bicara tapi tidak tahu apa sebabnya."

"Beep! Profesor memasang sebuah program di tubuhku," jawab Sabotto tanpa rasa bersalah.

(Masukkan sfx 'jii---' di belakang mereka berenam)

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"EEKKHH??!" seru semua yang ada di situ kecuali Profesor Hajime dan Sabotto. Pandangan mereka pun terfokus dengan sangat tajamnya ke arah kakek berambut merah jambu itu. "P-Profesor yang melakukan ini semua?!"

"Iya."

Hening lagi.

"PROFESOR!!!" seru keempat sosok itu. Akira, Ryugu, Haruka, serta Gunder langsung menyerang Profesor dengan berbagai pertanyaan.

"Kenapa Kakek tidak bilang dari tadi?!"

"Jangan bilang kalau Profesor juga melakukan ini padaku!!"

"Apa maksudnya semua ini, Prof?! Apa?!"

"Apa yang sebenarnya sudah terjadi?!"

"DIAAAMM!!!" teriak Sabotto menghentikan keributan. Sontak saja keempat pelontar pertanyaan itu diam di tempat. Mereka tidak pernah menyangka suara nyaring Sabotto bahkan menyaingi teriakan seorang lelaki usia lanjut di iklan Sn*ck*rs.

"Duh, makasih banyak, Sabotto," batin Profesor sambil merinding hebat karena teriakan Sabotto yang luar biasa nyaring itu. Ia pun mencoba menenangkan diri sejenak, kemudian ia pun memulai pembicaraannya di hadapan keempat sosok yang nyaris berbuat anarkis padanya. "Aku belum pernah bilang kalian soal itu, ya?"

"Tentu saja, Profesor. Waktu kita bicara tadi 'kan kita sempat diserang Tigamaru dan Rougamaru."

"Ehehe, sebenarnya besok ulang tahunnya Akira, lho," ucap Profesor sambil terkekeh. Semua terkejut mendengar pernyataan itu. "Makanya aku mencoba memberinya kejutan dengan program yang membuat Gunder dan Sabotto bisa bicara," Di tengah-tengah kalimatnya, ia mendesah penuh penyesalan, "Tapi siapa yang akan menyangka kejutan itu malah gagal...."

"Ah, sebenarnya kejutannya tidak gagal sepenuhnya, kok," tukas Akira sambil tersenyum. "Jujur saja, aku pernah mimpi tentang Gunder yang tiba-tiba bisa ngomong waktu tidur tadi malam. Yeah, aku sendiri gak pernah nyangka sama sekali kalau mimpi itu malah jadi kenyataan. Hahaha...."

Kedua mata Profesor membulat seketika. Tidak pernah muncul di pikirannya sebuah kejutan buatannya yang ternyata berawal dari mimpi yang dialami cucunya itu. Ia pun tersenyum lega begitu tahu kejutan itu tidaklah sepenuhnya gagal, namun justru membuat Akira mendapat suatu pengalaman yang unik.

-OMAKE-

"Kirain ini ada hubungannya dengan kerusakan Gunder setelah pertandingan latihan dua hari lalu," ucap Ryugu memulai obrolan singkatnya bersama Haruka. "Tapi siapa yang bakal menyangka kalau ternyata Profesor cuma berbohong."

"Bukan bohong biasa, Ryu," tukas Haruka. "Mungkin itu bohong putih. Profesor melakukannya demi suksesnya kejutan itu. Besok 'kan ulang tahunnya Akira."

"Tapi, masa' iya Gunder juga dipasangkan program itu tanpa sepengetahuannya?"

"Begitulah, Profesor memang susah sekali ditebak."

Baik Haruka maupun Ryugu mendesah massal di tempat sebagai pertanda pasrahnya mereka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar:

Posting Komentar