Minggu, 08 Juni 2014

FanFic - The Planet We Gazed Together

Halo~ ;D

Ane balik lagi dengan berbagai posting blog nan gaje~ Sekarang ane mau ngasih fanfic lagi lantaran gak tahu mau ngapain di i-net ._.

By the way, nih fanfic terinspirasi dari salah satu chara-song Hetalia... :D

Notes and warnings:
  • Dragon Warrior belongs to Bai Yi Animations.
  • Genre: barangkali hurt/comfort... #dipalualaKaskus
  • Rating: kira-kira K+
  • Diusahakan canon (tepatnya peralihan season 1 ke season 2)
  • Official names used, keyword "SpaceToon" dan "NET." ditambahkan demi kenyamanan~ ;D
  • Bisa jadi OOC, diksi lebay, dll.
Summary:
Sebuah pelita muncul di langit malam. Karena pelita itulah, ingatan 500 tahun itu muncul kembali. Sebuah cerita masa lalu bersama sang prajurit emas menampakkan diri dalam benak.
Enjoy~!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Malam ini adalah malam yang sungguh indah bagiku. Kunang-kunang terbang memencar, menari ke sana-kemari. Angin malam berhembus dengan lembut, menerpa wajahku. Belum lagi sang rembulan yang bersinar terang benderang seakan-akan menampakkan ekspresi ramahnya padaku. Benar-benar suasana yang amat damai.



Saat itulah tiba-tiba setitik pelita yang kecil tapi cukup terang menerpa mataku. Kusadari bahwa pelita yang sedang kupandangi sekarang ini sebenarnya adalah planet. Ya, itu memang planet, ia nampak ikut memantulkan sinar surya bersama sang rembulan, namanya Venus. Planet itu nampak bersinar dengan gemilangnya.


Sinar yang gemilang, ya? Itu mengingatkanku pada salah satu rekanku, Qiu Bi sang prajurit dengan elemen emas yang gemilang. Oh iya, sudah berapa lama sejak kami terakhir melihat planet itu bersama-sama, ya? Apa barangkali lima abad, ya? Agak lucu memang kalau aku bisa mengingat saat-saat itu dalam waktu selama itu. Pikiranku melayang padanya ketika kutatap lekat-lekat bayangan rembulan yang terpampang jelas di permukaan air laut.

Kuingat-ingat kembali saat-saat kami bertemu untuk pertama kalinya, saat Ling-Ling – anak manusia yang saat itu jadi partnerku – membawaku kembali ke tempat asal kami untuk menjalankan misi yang cukup berbahaya tapi berskala besar. Saat itu, Qiu Bi masih sedikit pemalu.

"Eh? S-siapa kalian...?"

"Ni hao, aku Hinas. Yang di sebelahku ini partnerku, panggil saja Ling-Ling."

"Partner, ya? Kau sungguh beruntung..., aku sudah ada di sini tanpa satupun manusia yang menemaniku...."

"...Begitu, ya? Oh iya, siapa namamu?"

"...Qiu Bi.... Itulah namaku, qiu!"

Sifat pemalu itu memang ada pada dirinya, tapi itu dulu. Merasa prihatin dengan keadaannya saat itu, aku jadi merasa bertanggung jawab untuk menemaninya, sekalipun ia sudah punya bola kristal sebagai perantara dirinya dengan partnernya yang tidak bisa ikut Ling-Ling sang adik karena cacat permanen di kedua kakinya.

Kembali ke planet yang sedang kupandangi sekarang. Teringat olehku saat sebuah sumpah terdengar di tempat yang kupijaki sekarang, saat kami mencari angin sambil memandangi planet Venus dan Merkurius setelah terlibat dalam pertarungan yang cukup menguras tenaga.

"Kau lihat, Qiu Bi? Sinar yang dipantulkan planet itu benar-benar cerah, bukan?"

"Benar, qiu.... Mataku jadi segar melihatnya."

"Yah..., kelak kau pasti jadi sama gemilangnya dengan planet itu, yang paling cerah di sana...."

"Ah? Benarkah itu, qiu?"

"Tentu saja! Mungkin ada saatnya kau dianggap rendah oleh pihak musuh, tapi kau bisa buktikan kalau kau lebih hebat dari yang mereka kira!"

"..."

"Kalau begitu, bersumpahlah padaku untuk berusaha jadi lebih baik! Dan lampaui aku kalau bisa!"

"...Hao! Aku pasti akan berusaha, qiu!"

Kalau mengingat peristiwa itu, entah kenapa mataku jadi terasa basah. Apalagi kalau mengingat peristiwa saat kami melawan sang raja kegelapan dan kami bersama empat rekan kami yang harus menerima konsekuensinya: mati dan kembali menjadi telur. Yah..., memang sebuah keberuntungan kalau kami dilahirkan kembali dengan bantuan 12 Naga Zodiak. Dengan begitu, aku masih punya kesempatan untuk mengajarinya banyak hal lain.

Sudah berapa lama sejak semua itu terjadi, ya? Sepertinya aku tidak menyadari adanya perubahan yang ada pada Qiu Bi sejak semua partner manusia kami kembali ke dunianya. Itu terjadi karena kami sempat terpisah satu sama lain, ketika seluruh kaum naga menikmati perdamaian yang kami berenam peroleh sebelum raja kegelapan itu bangkit lagi untuk kedua kalinya.

Semua itu berlangsung sekitar dua-tiga abad, sebelum akhirnya kami berenam – termasuk Qiu Bi tentunya – berkumpul di sebuah bangunan megah. Di sana, kami dinobatkan sebagai 6 dewa naga astronomi. Pada saat itu, aku paham perasaan Qiu Bi yang merindukan partnernya.

"Hinas...."

"Hm?"

"Akhirnya kita bisa bertemu lagi setelah terpisah selama tiga abad, qiu. Apa kau merindukan partnermu?"

"Tentu saja, Qiu Bi. Kau juga begitu, 'kan?"

"Yah..., aku sangat merindukannya. Kau tahu 'kan kalau kami hanya bertemu satu kali?"

"Aku paham perasaanmu, Qiu Bi. Tapi, tidak mungkin 'kan, kalau manusia bisa hidup lebih dari seabad?"

"...Kau benar, qiu...."

"...Tapi, tenang saja.... Mungkin keberadaanku dan teman-teman yang lain bisa mengobati rasa rindumu...."

"...Xie xie, qiu...."

Kuhirup angin malam dalam-dalam, lalu kuhembuskan kembali. Kuarahkan pandanganku kembali ke pelita kecil – baca: planet Venus – yang dari tadi tidak kekurangan kecerahan sedikitpun. Aku masih mengingat kenang-kenangan itu saat tiba-tiba suara yang cukup nyaring masuk ke syaraf pendengaranku.

"Wei!! Aku mencarimu dari tadi, di sini kau rupanya, qiu!" Itulah suara yang baru saja membuyarkan lamunanku. Kubalikkan wajahku ke sumber suara itu, dan kulihat Qiu Bi sudah berdiri tidak jauh dariku.

"Ah, rupanya kau, Qiu Bi...," balasku dengan nada yang agak... malas.

"Sedang apa kau di sini, qiu...? Oh, itu 'kan...," ucap Qiu Bi begitu melihat planet yang sedari tadi kupandangi. Ia pun berjalan ke arahku.

"Itu planet yang kita lihat lima abad lalu, tentunya kau ingat, bukan?" tanyaku, memastikan bahwa Qiu Bi mengingatnya.

"Ya, aku ingat, qiu! Tapi..., kenapa planet yang kelihatan cuma satu? Bukankah waktu itu kita lihat dua planet, ya?" Mendengar pertanyaannya, aku hanya terdiam sambil pelan-pelan merasakan setetes air yang turun dari mata kananku.

"...Mungkin kali ini kecerahan planet Merkurius mulai berkurang akhir-akhir ini...," jawabku pelan sambil sedikit mengusap wajahku.

"Err..., Hinas? Ada apa denganmu, qiu? Akhir-akhir ini kau sering menangis...."

"...Itu bukan apa-apa, Qiu Bi..., kecuali...," Aku mengambil jeda di antara omonganku, dan sepertinya Qiu Bi penasaran akan apa yang akan ia dengarkan selanjutnya. "...aku senang melihat perubahanmu sekarang...."

"Oh, itu.... Hah?! Aku tidak merasakannya, qiu!" sahut Qiu Bi tiba-tiba. Aku hanya tersenyum sambil meneruskan, "Benar, kau memang sudah banyak berubah. Kalau kulihat-lihat..., kau sudah lebih pintar dan tangguh dariku...."

"Jadi?" tanya Qiu Bi, menunggu kesimpulan dariku.

"Kau sudah menepati janjimu, Qiu Bi. Kau sudah bisa melampauiku begitu jauh," jawabku sambil menepuk pundaknya. Akhirnya ia tersenyum juga.

Pada saat itu juga, segumpal awan kelabu menyingkir dari sang rembulan, memberi kesempatan bagi sang rembulan untuk memancarkan sinar damainya dibantu oleh Venus, bahkan sampai memantul di hamparan air laut yang begitu jernih. Melihat itu, aku berbisik pada Qiu Bi, "Lihatlah, Qiu Bi. Pancaran sinar yang sungguh indah, bukan?" "...Kau benar, qiu...."




~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar:

Posting Komentar