Why~ so~ serious~? <-- anggap aja lagunya SHINee - Why So Serious =J=
Yeah, satu lagi fanfic humanized setelah yang ini~
Notes and warnings:
Yeah, satu lagi fanfic humanized setelah yang ini~
Notes and warnings:
- Daigunder belongs to Takara.
- Genre: friendship + humor
- Rating: K+ ato T
- Chara robot di sini di-humanized semua (termasuk keberadaan Megane!Ginzan~)
- High school AU.
- Gaje, humor garing, dan kesalahan lainnya bisa muncul!
Rempong memang, kalau harus ngurusin dua troublemaker sekaligus; mungkin inilah yang akan dikatakan Ginzan kalau seandainya ia dimintai pendapat soal Tiga-Rouga di sekolah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Pelan-pelan, bro! Nanti kita
ketahuan!" "O-oke, bro... ADUH!" Si calon korban segera berbalik
dan dilihatnya dua pemuda sebayanya berada di dekat pintu kamarnya, salah
satunya meringis kesakitan karena telapak kakinya mencium sekrup kecil tanpa ia
sadari.
"Mau apa kalian? Jangan ganggu orang
yang lagi ngerjain tugas, ne?" ucap si calon korban yang diketahui bernama
Ginzan itu. Kedua matanya pun menatap tajam dua pemuda yang kini sedang
meringis keledai itu, yang satu bernama Tigamaru dan satunya lagi bernama
Rougamaru.
"Fufufu~ Lu baru ngebaca pikiran
kami, ne~?" tanya Tigamaru sambil pasang muka (sok) inosen.
"...Tidak juga...," jawab
Ginzan datar, beralih ke tugas rumahnya. "Kalian sendiri kenapa gak
kapok-kapok ngerjain orang, sih? Kemarin saja kalian baru dihukum push-up 50
kali gegara sembunyikan buku fisikaku, apa gak cukup untuk ngebuat kalian jera,
begitu?" lanjutnya.
"Kami cuma bosan, degozaru yo~"
jawab Rougamaru dengan tampang yang berubah keuke-ukean.
"Emang dasar kalian..., kayak gak
ada kerjaan lain aja...," ucap Ginzan dingin plus deathglare yang sukses
membuat Tigamaru dan Rougamaru mematung di tempat. Mereka bahkan merasa ada
yang salah dengan si jabrik ungu itu. "Ya udah, keluar dari kamarku
sana!" lanjutnya sambil membetulkan posisi kacamatanya. Kata-katanya pun
diikuti oleh dua laki-laki tersebut.
Ya, di antara trio asuhan Profesor Deikun
itu, cuma Ginzan yang serius ngerjain tugas-tugasnya dan selebihnya malah
main-main. Entah apa yang sudah membuatnya jadi seserius ini, namun yang pasti
dia bukan habis diintimidasi DragoBurst ataupun ketularan sifatnya Haruka kalo
dapat tugas rumah yang susahnya na'uzubillāh. Demikianlah yang dipikirkan
Tigamaru dan Rougamaru sembari melangkah pergi dari kamar Ginzan.
Saking bosannya, mereka menyusun rencana
untuk meramaikan suasana. Bakar asrama, ya enggak lah~ Inilah yang mereka
rencanakan: mereka mengambil galon plus sepasang tutup panci plus sendok sayur
di dapur. Lalu...
1 detik...
2 detik...
3 detik...
"GAWAT!! ADA MALING!! MALING!!"
Seisi koridor asrama yang hening nan sepi tiba-tiba diisi getaran-getaran
menyebalkan dari alat-alat dapur tersebut seenaknya. Sekejap saja para penghuni
asrama berhamburan keluar bak semut yang panik lantaran sarangnya ditiup seenak
udelnya.
"Maling?! Di mana?!" pekik
salah satu penghuni asrama bernama BoneRex yang sudah siaga dengan parangnya,
namun yang dilihatnya hanya penghuni kamar lain dengan wajah yang sama-sama
kelewat horor dan juga duo pembuat onar yang kini ngakak gegulingan di lantai.
"Iya, tadi bilangnya ada maling,
'kan? Kenapa kalian malah ngakak?!" timpal penghuni kamar lain, Bullion, dengan
wajah yang terlanjur basah oleh keringat dingin lantaran panik. Tigamaru yang
mulai puas ngakak pun akhirnya angkat bicara, "Nyahaha..., malingnya ada
di mimpi lu semua!!"
Ia dan Rougamaru masih sibuk ngakak
sampai-sampai mereka tidak menyadari keberadaan Ginzan di belakangnya, lengkap
dengan revolver di tangannya. Wajahnya pun diselimuti aura suram nan horor,
ditambah lagi kacamatanya yang memantulkan cahaya lampu dengan jelasnya dan
tatapan membunuh dari iris violetnya; komplit sudah kemunculan menakutkan á la
Ginzan.
"...Jadi, kalian masih belum puas
bikin heboh, ya...?" ucapnya kemudian.
"Bwahaha..., lu betul sekali, Gin...
eh?!" Rougamaru membalikkan wajahnya dan terlihatlah Ginzan yang sudah
mendekatkan moncong revolvernya ke wajah si inu-face ini. Ekspresi mereka
bertambah horor begitu melihat evil smirk-nya.
Tiba-tiba Ginzan tersentak karena ia
merasakan sensasi yang cukup mengejutkan di punggungnya. Segera saja ia
berbalik dan dilihatnya dua anak laki-laki yang kira-kira enam tahun lebih muda
darinya, dengan suara 'hoaem...' yang keluar dari lisannya.
"Akira? Ryugu? Ya ampun, kalian ini
bikin kaget saja, sih...,"
"Ada apa sih, ribut-ribut
begini...?" tanya anak laki-laki yang bernama Akira itu. Sedangkan
temannya yang bernama Ryugu ikut menimpali, "Iya, nii-san. Padahal lagi
mimpi ngomong bahasa Mandarin...," Ginzan diam saja sambil memikirkan
betapa kasihannya mereka karena dipaksa bangun malam-malam gara-gara keributan
barusan. Kemudian ia mengambil posisi jongkok menghadap mereka.
"...Maaf ya, otouto-san.... Tadi itu
ulahnya Tigamaru dan Rougamaru, tapi aku sudah tangani mereka...," ujar
Ginzan sambil menepuk pundak Ryugu.
"...Tapi kalau kami lihat,
sepertinya onii-san sendiri yang terlalu serius...," Pik! Ucapan polos
Akira sukses membuat Ginzan sweatdrop seketika. Dari titik yang tidak begitu
jauh Tigamaru menyahut, "Akira-chan benar, Ginzan! Mending kita balik ke
kamar, tidur yuk!"
"Kalo mau tidur, tidur duluan aja
sana!" jawab Ginzan datar. Nampaknya ia masih tidak percaya ucapan Akira
barusan. Akhirnya Ryugu juga ikut bicara dengan polosnya juga, "...Kok
onii-san diam saja...?"
Belum selesai ia bicara, tiba-tiba
seorang laki-laki tua muncul dari belakang mereka. Terlihat oleh laki-laki itu
para penghuni kamar asrama yang masih berdiri di koridor.
"Lho? Jii-chan ngapain ke
sini?" ucap Akira begitu melihat laki-laki yang dipanggil Profesor Hajime
itu.
"Ada keributan apa di sini?"
tanya laki-laki itu begitu melihat suasana koridor yang dipenuhi wajah-wajah
horor, atau wajah-wajah kesal gara-gara ulah Tigamaru dan Rougamaru.
"Akhirnya kau datang juga,
Hajime-sensei. Lihat, mereka dalangnya keributan ini!" jawab Ginzan sambil
menunjuk Tiga-Rouga. Namun, yang diajak bicara hanya mengujar, "Oalah~
kalau mereka, sih, tidak mengapa...," Prek! Ginzan dibuat double-sweatdrop
mendengarnya. Payah memang kalau tahu dia terbiasa dengan keusilan Tiga-Rouga,
pikirnya.
"Ya sudah, kalian semua kembalilah
ke kamar masing-masing! Ayo tidur!" Ucapan dari Profesor Hajime sukses
diikuti semua penghuni asrama, minus Ginzan yang masih membatu di koridor.
Setelah beberapa saat, akhirnya ia masuk kembali ke kamarnya sambil menghela
nafas berat.
"Kami-sama..., kenapa malah jadi
begini, sih...?" gumamnya sembari menjatuhkan diri di ranjangnya.
---
BRAK! Pintu kamar Tiga-Rouga digedor
dengan tidak berperikepintuan (?). Sontak saja empunya kamar itu melompat
kaget. Karena mengira di luar ada rampok, Rougamaru langsung memeluk Tigamaru
yang sudah merinding disko (?) lantaran takut.
"BUKA PINTUNYA, WOY! LU BERDUA MAU
TIDUR SAMPE KAPAN, HAH?!" sahut si pembuat suara yang luar biasa sangar
itu, siapa lagi kalo bukan pemuda jabrik ungu aka Ginzan itu?
"Ginzan no baka! Gak usah pake
teriak-teriak juga, kalee-!!" "Betul, degozaru! Lu hampir ngebikin
gendang telinga kami pecah, tahu?!" sahut mereka sambil membuka pintu
kamar. Terlihatlah oleh mereka Ginzan yang sudah rapi dengan seragam khas
Dai-gakuen plus tas ransel yang hinggap di punggungnya. Namun yang anehnya,
wajahnya malah jadi setengah kusut setelah puas menggedor pintu kamar mereka.
"Ya ampun..., kalian malah baru
bangun.... Eh, lu berdua pada gak lihat jam, ya? Tinggal 10 menit sebelum masuk
kelas, lho!" ujar Ginzan sambil menunjuk jam yang sudah setahun menempel
di dinding kamar.
"Hehehe..., sorry deh~ Maklum, kita
masih ngantuk nih...," jawab Tigamaru, ditutup dengan suara 'hoaem' pelan
dari rongga mulutnya.
"Alasan.... Dah, kalian pergi mandi
sana! Biar gue aja yang atur barang-barang kalian ini," balas Ginzan
sambil mendorong Tiga-Rouga keluar kamar. Segera saja mereka melangkah menuju
kamar mandi terdekat. Tigamaru dan Rougamaru berbincang sembari melangkah ke
tujuan mereka.
"Eh, bro. Pernah gak lu merasa kalo
Ginzan itu sangar-sangar gitu, tapi buat kebaikan kita?" tanya Rougamaru.
"...Betul juga, sih.... Kalo
menurutku, dia betul-betul serius ngurusi kita," jawab Tigamaru.
"Eeyup, dia serius dengan kita tapi
kita malah sebaliknya...," ujar Rougamaru. Sebersit penyesalan nampaknya
muncul di benak mereka.
Sementara itu, Ginzan masih sibuk mengatur
barang-barang mereka di kamar yang kondisinya betul-betul persis kapal pecah,
tapi sepertinya kondisi itu tidak ia pedulikan. Ia tetap melanjutkan urusannya
sambil sesekali menyeka keringat yang sedari tadi membasahi wajahnya. Begitu
selesai, ia segera bergegas keluar kamar.
Beberapa menit kemudian, Tigamaru dan
Rougamaru yang sudah selesai mandi bergegas ke kamar mereka, namun apa yang
mereka dapatkan? Ransel mereka tidak ada di dalam! Mengetahui itu, mereka
langsung berganti pakaian tanpa peduli mereka sudah rapi atau tidak. Lalu,
mereka bergegas keluar kamar untuk mencari tahu siapa pencurinya.
"Aduh..., gimana nih, bro? Ada yang
nyolong tas kita!" tanya Tigamaru dengan paniknya. Rougamaru hanya
membalas, "Mana gue tahu! Mending kita cari dulu, deh!" Di saat yang
sama, mereka bertemu Profesor Deikun.
"Deikun-sensei, tadi lihat tas kami,
tidak?" "Iya, tas kami hilang di kamar!"
"Oh..., itu.... Coba kalian cek ke
kelas dulu. Lalu, kenapa kalian baru keluar? Pelajaran jam pertama sudah mulai,
lho!" balas Profesor Deikun. Ia melanjutkan, "Kalian belum ke kelas
itulah makanya aku mencari kalian...,"
"Oh..., terima kasih banyak kalau
begitu. Kami jalan ke kelas dulu!" sahut Tiga-Rouga sambil bergegas ke
kelas. Begitu tiba di kelas, terlihatlah oleh mereka dua tas ransel yang
tergeletak di bangku mereka. Akhirnya mereka sadar kalau Ginzan bukan hanya
mengatur barang-barang mereka, tapi juga membawakannya ke kelas. Untung gurunya
belum datang, gumamnya lagi.
"Lho, Ginzan pada ke mana, ya? Kok
dia gak ada di bangkunya?"ucap Rougamaru pada salah satu teman sekelasnya
begitu melihat bangku Ginzan yang kosong melompong. Yang diajak bicara diam
saja.
"Heh, jangan diem aja! Apa ada
apa-apa dengannya?" seru Tigamaru tidak sabaran. Akhirnya temannya itu
angkat bicara juga, "...Itu..., tadi Ginzan...,"
"JAWAB!!" "Jangan motong
omongan orang, woy!! Tadi dia pingsan di bangkunya, baka!!" Deg! Jantung
mereka seperti berhenti berdetak mendengar jawabannya barusan.
"...Na-nani? Pingsan
katamu...?" tanya Tigamaru lirih yang hanya direspon dengan anggukan dari
temannya itu. Rougamaru ikut bertanya, "Di mana dia sekarang?"
"Udah dibawa ke klinik sekolah,"
Tanpa banyak mulut lagi, Tigamaru dan
Rougamaru langsung menuju ke tempat yang dimaksud. Setibanya di sana, mereka bertemu
salah satu staf klinik bernama dr. Bridget. Segera saja mereka bertanya
padanya, "Maaf, Dok. Apa di dalam ada Ginzan?" dr. Bridget hanya
tersenyum lembut sambil menjawab, "Ada. Kalau kalian mau nengok dia, masuk
saja,"
Mereka pun masuk ke ruangan klinik itu.
Dilihatnya seorang pemuda yang terbaring lemas di ranjang dengan wajah yang
sedikit pucat. Dengan keberadaan sepasang kacamata di meja di dekat ranjang itu
mereka sudah menduga kalau itu memang Ginzan. Pelan-pelan mereka
menghampirinya.
Ketika mereka sudah berada sekitar
setengah meter dari ranjang, tiba-tiba Ginzan terbangun. "Tigamaru?
Rougamaru? Kenapa kalian kemari? Gak masuk kelas?"
"Ano..., kami mau minta
maaf...," "Iya, kami sudah ngebuat lu jadi gini...," Mendengar
itu, Ginzan hanya tersenyum kikuk sambil berkata, "Ahaha..., gak perlu
begitu juga.... Mungkin gue aja yang selama ini terlalu serius...,"
"Ah? Masa'?" tanya Rougamaru
bingung.
"Iya..., kalo perlu lu berdua
salahin aja mereka yang bikin tugas ampe bejibun begini,"
"Jadi, lu gak marah sama kita?"
tanya Tigamaru berbinar-binar. Dengan nada dingin dan aura seram di sekitarnya
Ginzan menjawab, "...Gue gak bilang kalo gue gak marah sama lu,
baka!"
"Sstt..., mending kita cabut aja
yuk! Nanti dia tambah gila...," bisik Rougamaru, mengajak Tigamaru keluar
dari klinik lantaran ia sudah merasakan hawa menakutkan dari Ginzan. Baru saja
mereka akan mengangkat kaki, Ginzan justru menyahut, "Kalo gue sembuh,
ajak gue jalan-jalan ke mana gitu, oke? Kayaknya gue lemes gini gegara gue
kecapekan akhir-akhir ini,"
Mendengar itu, Tiga-Rouga menengok ke
belakang, dan telihat oleh mereka sebuah senyuman tulus yang terukir di wajah
Ginzan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dah, tuh aja #ngek
0 komentar:
Posting Komentar