Dooh, gue gak ada ide, nih... hasilnya upload ginian... -_-
Notes and warnings:
Notes and warnings:
- Hetalia belongs to Hidekazu Himaruya.
- Genre: err... mungkin friendship
- Kemungkinan DenNor di dalam ada~ :3
- Viking AU, human name used.
- Banyak kesalahan yang berpeluang muncul.
- Beberapa adegan bisa saja merujuk ke sini atau ini.
Mathias menemukan Lukas dalam keadaan terluka. Dan pada saat Lukas sadar, sesuatu yang aneh terjadi padanya dan memaksa Mathias untuk mencari penyelesaiannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang pemuda tengah melesat di antara
pepohonan dan rerumputan. Angin sepoi menerpa wajahnya yang begitu khawatir.
Sebilah kapak perang masih ia pegang di tangan kanannya sementara kedua kakinya
terus melangkah, menyusuri noda-noda darah yang jelas membekas di tanah.
"Ugh..., seharusnya aku tadi tidak
meninggalkan Lukas bertarung sendirian," batin sang pemuda bernama Mathias
itu. Terpikir olehnya peristiwa beberapa jam lalu.
Sebuah
pertarungan sengit terjadi di pinggir hutan. Denting senjata yang saling
bertabrakan terdengar dan titik-titik merah muncul di mana-mana. Mereka yang
terlibat di dalamnya bertarung dengan satu tujuan: membasmi lawannya.
Punggung
kedua pemuda saling bertabrakan pertanda terdesak. Keringat dingin terus
mengucur deras menuruni wajah mereka. Beberapa noda darah juga terbentuk di
senjata mereka, sebagai tanda bahwa mereka sudah melumpuhkan sebagian besar
musuh. Keduanya adalah rekan seperjuangan, yang satu Mathias Køhler dan satunya
lagi Lukas Bondevik.
"Bagaimana
ini, Lukas? Kelompok kita semakin terdesak, sedangkan kelompok musuh yang kita
hadapi ini sungguh kuat!" kata Mathias dengan nafas yang agak
tersengal-sengal. Lukas sang rekan menyanggah, "Kau itu 'kan pemimpin!
Memangnya kau tidak punya ide?"
Mathias
terdiam sejenak, kemudian ia berseru, "Baiklah! Panggil troll-mu
lagi, Lukas!" Lukas segera melakukan ritual pemanggil troll-nya dengan tujuan menyerang musuh. Sekejap
saja, sesosok makhluk sihir berwarna hijau alga muncul di belakangnya. Makhluk
yang disebut-sebut troll itu segera
melibas siapapun yang ada di depannya kecuali Mathias dan Lukas.
"Bagus,
mereka semua berhasil dilumpuhkan! Mathias, cepat pergi ke dalam hutan! Biar
aku saja yang mengurus sisanya kalau beberapa dari mereka menyusulmu!"
seru Lukas dengan lantangnya.
"Apa?!
Bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu? Kekuatanmu bahkan sudah mau habis
dengan ritual pemanggil troll tadi!" sanggah Mathias.
"Daripada
mengkhawatirkan orang lain, lebih baik kau khawatirkan dirimu sendiri!
Lagipula, aku sanggup melawan mereka sendiri dengan pedang ini!" bantah
Lukas sambil mulai mengangkat pedangnya dan mendorong Mathias masuk ke dalam
hutan.
Akhirnya
Mathias pasrah dan memasuki hutan. Namun, beberapa musuhnya tidak tinggal diam –
mereka mengikutinya ke situ.
Mathias semakin khawatir tatkala melihat
noda-noda darah yang semakin jelas di jalannya. Ia menebak kalau rekannya sudah
tidak jauh darinya. Ia terus berlari sampai akhirnya ia menemukan orang yang
dimaksud, namun keadaannya sungguh mengenaskan – terbaring lemas dengan seragam
perang yang penuh noda darah. Selain itu, ia juga terluka parah, dan darah
segar nampak mengucur deras dari kepalanya.
Mathias segera menghampirinya dan
langsung memeriksa denyut nadinya – dan ia merasakannya. Syukurlah, ternyata
kau masih hidup, batinnya. Sepertinya ia pingsan setelah menghadapi musuh yang
jumlahnya tak terkira olehnya sedangkan ia sendiri tidak sanggup melawannya
lagi. Mathias pun menggendongnya dan membawanya ke tempat yang aman.
---
Seorang pemuda yang sedari tadi
dicari-cari Mathias menemukan dirinya terbaring di dekat pohon dengan tubuh
yang terbungkus perban, termasuk kepalanya. Tidak hanya itu, ia juga melihat
Mathias yang berada tidak jauh darinya, sedang memantau keadaan sekitar.
Melihat rekannya terbangun, Mathias menghampirinya.
"Oh? Akhirnya kau sadar, Lukas. Aku
sungguh khawatir denganmu!" ujar Mathias pada pemuda itu, dibalas dengan
raut wajah yang bingung darinya.
"Ini..., di mana...?" tanya
pemuda yang disebut Lukas tersebut pelan sambil menengok sejenak sekitarnya.
"Kita sudah di tempat yang aman. Tadi aku menemukanmu terluka parah di jalan," jawab
Mathias. "Tapi, mungkin saja musuh akan menemukan kita di sini. Ayo kita
pergi!"
Mendengar itu, Lukas malah
berkata dengan dingin sambil menatapnya tajam, "Maaf, aku tidak mungkin
ikut denganmu kecuali aku tahu benar siapa dirimu,"
"Hah? Apa yang kau
bicarakan, kawan...? Aku ini rekanmu, Lukas...," ujar Mathias bingung.
"Heh, rekan katamu?! Aku
tidak pernah merasa berjuang denganmu bahkan sebelum aku di sini!" balas
Lukas ketus sambil kembali memakai seragam perangnya. Suasana menjadi hening
seketika.
Di saat yang sama,
segerombolan orang bersenjata tajam muncul di sekitar mereka tanpa disadari.
"Akhirnya kita ketemu
lagi, para Viking bedebah! Menyerahlah dan kami akan menjamin keselamatan kalian,"
ucap salah satu anggota gerombolan itu. Tanpa banyak bicara lagi, Mathias dan
Lukas segera mengambil ancang-ancang siap bertahan sekaligus menyerang. Mathias
yang masih bingung berkata, "Lukas, kau serius dengan omonganmu barusan?"
"Oke, sepertinya kau
benar-benar keras kepala, ya?" balas Lukas. "Aku pun tidak mengerti
dengan apa yang terjadi di sini. Jadi, kalau kau ingin aku ikut denganmu,
biarkan aku menghadapi mereka karena sepertinya mereka ini musuhmu,"
Lukas segera melesat ke arah
gerombolan itu sambil mengayunkan pedangnya. Melihat itu, Mathias menyahut,
"Hei, Lukas!! Jangan gegabah! Kau masih...," CRASH! Lukas berhasil
menebas tubuh salah satu musuhnya. Kemudian, ia melakukan ritual pemanggil troll-nya sekali lagi untuk menyerang
sisanya.
Troll tersebut melakukan seperti yang diharapkan Lukas. Mathias yang
melihat itu tidak membuang-buang waktu lagi, ia segera mengemasi beberapa
barangnya dan segera mengajak Lukas pergi. Lukas ikut saja tanpa reaksi apapun.
Selama pelarian mereka,
tiba-tiba Lukas memegang kepalanya yang masih terlilit perban dan jatuh
terduduk. Tak hanya itu, ia juga mengerang kesakitan.
"Kau tidak apa-apa, Lukas?"
tanya Mathias melihat rekannya dalam keadaan demikian.
"...Tenang saja..., aku... tidak
apa-apa...," ujar Lukas sambil mengatur nafasnya dan berdiri dibantu
Mathias. Mathias sendiri semakin bingung dengan semua yang terjadi dengan
Lukas. Akhirnya mereka melanjutkan pelariannya.
"Hei, apa yang sebenarnya terjadi
denganmu? Kau sempat-sempatnya bilang kalau kau bukan rekanku," tanya
Mathias. Sekejap, kedua mata cobalt-nya
menerima tatapan tajam dari pemuda bermata violet itu.
"Untuk apa kau bertanya
demikian?" Lukas balik bertanya.
"Kita ini kelompok Viking dari Laut
Skandinavia, bukan? Bagaimana bisa kau melupakannya begitu saja?" tanya
Mathias lagi.
"Aku tahu Viking itu apa, tapi
kelompok Viking dari Laut Skandinavia itu apa lagi?" ucap Lukas dingin.
Jantung Mathias serasa berhenti mendengarnya. "Aku bahkan tidak tahu siapa
dirimu,"
"Jadi, kau sungguh-sungguh lupa
semua tentang kelompok kita, juga diriku?" tanya Mathias yang disambut
anggukan dari Lukas.
"Aku cuma tahu kalau aku ini seorang
Viking yang punya troll yang menemaniku
di manapun aku berada," ucap Lukas sambil berlalu. "Dan kuharap kau
tidak ikut campur denganku,"
Mathias diam di tempat, masih tidak
percaya dengan obrolannya dengan Lukas tadi. Ia juga memikirkan saat-saat ia
menemukannya dalam keadaan terluka parah terutama di kepalanya.
"Tunggu! Luka di kepala? Apa
jangan-jangan ia...?" batin Mathias sambil kemudian menyusul Lukas yang
sudah agak jauh darinya. Ia melihatnya keluar hutan, tepatnya ke tempat di
tebing yang langsung berbatasan dengan laut.
"Lukas! Sekarang aku tahu apa yang
sedang terjadi denganmu!" seru Mathias girang tepat saat ia bertemu Lukas.
Yang diajak bicara diam saja.
"Kau kehilangan ingatanmu. Tapi,
jangan khawatir, aku pasti akan mengembalikannya lagi," lanjut Mathias.
"Lebih baik kau ikut denganmu, oke? Aku akan memikirkan bagaimana
mengatasinya,"
"Kehilangan ingatan katamu? Heh,
sungguh alasan yang menggelikan untuk membawaku ikut denganmu. Dengar, aku
tidak punya urusan satupun denganmu!" balas Lukas, menampik semua
perkataan Mathias dan berlalu.
Tanpa ia sadari, ia melangkah di bagian
tebing yang rapuh. Tanpa diragukan lagi, Lukas terpeleset dan hampir jatuh ke
jurang kalau saja Mathias tidak menolongnya.
"Pegang yang erat, Lukas!!"
teriak Mathias sambil menggenggam tangan Lukas.
"Apa yang kau lakukan, bodoh?! Aku
terjatuhpun kau masih ikut campur!!" seru Lukas sambil berusaha
memberontak.
"Kau itu rekanku, tahu!! Aku tidak
mungkin meninggalkanmu begini!!" "Daripada mengkhawatirkan orang
lain, lebih baik kau khawatirkan dirimu sendiri!!"
Begitu kata-kata tersebut melesat keluar
dari mulutnya, Lukas mengerang kesakitan lagi, masih di kepalanya.
"Sial..., kepalaku...," Mathias yang mengetahui itu terkejut, ia
menyadari bahwa jika kepalanya sakit, artinya beberapa ingatannya muncul tiba-tiba
di pikirannya.
Sayangnya, pegangan Mathias tidak cukup
kuat untuk menahan mereka berdua. Mereka pun jatuh, masuk ke dalam laut yang
cukup dalam. Mathias tahu, Lukas tidak bisa bertahan sendirian di dalam air. Ia
pun segera menyelamatkan rekannya itu dan berusaha membawanya ke pantai
terdekat.
---
"Hei, ayo bangun! Kita sudah di
daratan," kata Mathias sambil mengguncang-guncangkan badan Lukas yang
basah kuyup. Lukas pun terbangun sambil menatapnya dalam-dalam, seolah-olah ia
pernah melihatnya entah di mana.
"Hm..., syukurlah kita selamat....
Kupikir sesuatu akan terjadi dengan kita," ujar Lukas sambil menghela
nafas. Mathias hanya merespon dengan senyuman kikuk.
Lukas melanjutkan perkataannya,
"Rupanya aku salah paham tentang dirimu...,"
"Hah? Kenapa tiba-tiba kau bicara
demikian?" tanya Mathias, tertegun.
"Karena kalau kupikir-pikir dari
saat aku pertama bersamamu, aku mulai berpikir kalau kau bukan orang
jahat," jawab Lukas. Mathias tersenyum kecil mendengarnya.
Tiba-tiba sebuah kapal tampak mengarah ke
mereka. Raut wajah Mathias berubah serius saat ia menyadari kapal tersebut
adalah milik musuh. Ia membatin, "Cih, mereka betul-betul keras kepala....
Entah di hutan atau pantai, mereka tetap menemukan kami di sini...,"
Mereka yang berada di dalam kapal turun
dari situ. Salah satu dari mereka berseru dengan tatapan menakutkan,
"Kelompok kalian akan selamat jika salah satu dari kalian rela dijadikan
tawanan kami! Jika tidak, ini akan menjadi tempat terakhir kalian berdua!"
Mathias dan Lukas terdiam sejenak.
Tiba-tiba Lukas bangkit dan mulai berjalan ke arah mereka. Melihat itu, Mathias
segera mencegahnya, "Apa yang kau lakukan, Lukas?! Mereka semua itu musuh
kita!" Lukas diam seribu kata. "Kalaupun kau mau dijadikan tawanan
oleh mereka, belum tentu mereka akan membiarkan teman-teman kita selamat!"
Dengan wajah yang tegang, tanpa sengaja
mata Mathias dan Lukas menangkap beberapa panah yang melesat ke arah mereka.
Segera saja, mereka menggenggam erat-erat senjata masing-masing dan
mengayunkannya sehingga bidikan panah tersebut meleset.
"Aha!! Keluarlah kalian dari situ!!
Jangan kira kami tidak tahu, ya!!" seru Mathias sambil menunjuk semak
tempat orang-orang tersebut bersembunyi. Namun, mereka tetap bergeming.
"Oh..., kalau itu yang kalian minta.... Lukas!"
"Ada apa?" tanya Lukas.
"Panggil troll-mu kemari!" pinta Mathias. Lukas pun menyanggupi
permintaannya itu dan segera melakukan ritualnya. Sejurus kemudian, sesosok
makhluk sihir muncul kembali dan segera menyerang para pemanah itu. Tak hanya itu,
Lukas merasakan sebuah sensasi di pikirannya, seakan-akan ia pernah melihat
pemuda berambut pirang itu. Namun, kali ini ia tidak merasakan sakit di
kepalanya.
"Oke! Tidak seru kalau aku tidak
ikut bertarung, iya 'kan?" ujar Mathias sambil mengambil ancang-ancang
menyerang dengan kapak perangnya. Ancang-ancang tersebut menandakan pertarungan
akan terjadi kembali.
Denting senjata tajam terdengar lagi dan
beberapa titik merah kembali terbentuk di tanah. Satu persatu orang dari pihak
musuh pun bertumbangan, tinggal si pemimpin yang semakin mendesak Mathias dan
Lukas. Di saat Mathias lengah, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan
segera menyerangnya.
"HABISLAH KAU!!" pekik pemimpin
tersebut sambil mengarahkan ujung pedangnya ke arah Mathias. Mathias yang
sedang lengah terperangah, dan berpikir ia tidak akan sempat menghindar.
"AWAS!!" seru Lukas begitu
melihat Mathias terdesak. Ia segera berlari ke arahnya. Dan tebak apa yang
terjadi – Lukas berada tepat di depan Mathias, bersiap melindungi rekannya apapun
konsekuensinya.
JRASS!!
Titik-titik merah berjatuhan dari ujung
pedang. Mathias tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Lukas tetap
berdiri walaupun ia tahu keadaannya tidak mendukungnya untuk menjadi perisai
bagi temannya. Saat itulah Lukas mulai berkata-kata, "...Payah kau...,
Anko Uzai...,"Mathias terperangah mendengar frasa 'Anko Uzai' yang
diucapkan Lukas barusan seperti saat ia biasa menyindirnya dulu. Apakah benar
ingatannya sudah kembali, batinnya.
Tiba-tiba Lukas jatuh terduduk. Rupa-rupanya
serangan yang tadinya ditujukan ke Mathias sudah membuat luka di pinggangnya
terbuka lagi. Mathias yang melihat itu segera membantu Lukas untuk bangkit.
"Lukas, apa benar ini kau? Kau tahu
siapa aku?" tanya Mathias dengan wajah penasaran.
"Tentu saja, Anko Uzai! Kau pikir
aku ini gila sampai tidak mengenalmu sekalipun?" jawab Lukas ketus dengan
tangan yang berlumuran darah karena masih memegangi lukanya.
Lawan mereka justru tertawa sinis,
"Fufufu..., kalian masih keras kepala, ya? Baiklah, akan kukabulkan
keinginan kalian!!" Sekali lagi ia mengayunkan pedangnya ke arah Mathias
dan Lukas yang sudah tak berdaya. Namun, usahanya gagal karena sebuah kerikil
melesat mengenai wajahnya. Ia pun menjerit kesakitan.
Mathias dan Lukas berbalik dan tebak apa
yang mereka lihat – tiga orang laki-laki dengan senjata di tangan mereka.
Mereka adalah rekan-rekan Mathias dan juga Lukas.
"Hah! Berwald! Emil! Tino!"
seru Mathias girang.
"Mathias! Bawa Lukas ke tempat yang
aman! Biar kami yang hadapi sisanya!" seru salah satunya dari kejauhan dan
Mathias segera melakukannya.
Sementara itu, mereka yang disebut
sebagai Berwald, Emil, dan Tino bersiap menghadapi musuh yang ada di depan
mereka. Tentu saja, si pemimpin dari pihak musuh tersebut jadi kewalahan karena
ia harus menghadapi tiga orang sekaligus. Akhirnya, ia pun melarikan diri
bersama beberapa awak kapal yang masih ada di dalam.
"Hm..., benar-benar pengecut...,
kita datang sudah langsung kabur," ujar Emil sinis.
---
Langit yang awalnya biru berubah memerah
tatkala matahari bersiap untuk digantikan oleh bulan selama setengah hari.
Sebuah kapal Viking kecil tampak terdiam di pinggir laut yang agak jauh. Di
pantai, Mathias dan Lukas memandangi saat-saat itu sambil berbicara barang
sepatah kata.
"Lukas..., aku sungguh lega begitu
ingatanmu kembali," ujar Mathias.
"Benarkah? Aku tidak
merasakannya...," balas Lukas. Mathias tertegun mendengarnya, kemudian
merespon, "Kau benar-benar tidak merasa kehilangan ingatanmu,
begitu?" Lukas hanya mengangguk sambil menjawab, "Itu benar, Mathias.
Kecuali satu hal...,"
Tiba-tiba Lukas memeluk Mathias, tapi
dengan maksud pelukan saudara yang sukses membuat Mathias terperangah. Sambil
terus memeluk Mathias, Lukas mengucap, "Terima kasih, Mathias. Waktu itu
kau menolongku saat aku nyaris tenggelam di laut...," Di saat itulah
Mathias mulai berpikir apa mungkin Lukas mendapatkan sedikit ingatannya ketika
mereka jatuh ke laut, lalu tiba-tiba menghilang lagi.
Di kejauhan, Berwald beserta Tino dan
Emil mencegat mereka. Mereka bertiga nampak membawa beberapa barang yang akan
dibawa dalam perjalanan yang cukup jauh. Melihat teman-temannya bersiap,
Mathias dan Lukas melepaskan pelukan mereka dan menghampiri teman-temannya.
"Mathias, barang-barangnya sudah
disiapkan semua," kata Berwald dengan suara yang tidak begitu jelas.
Mathias yang mengerti maksud omongan Berwald menjawab, "Oke! Kalau begitu
ayo masuk ke kapal! Kita lanjutkan perjalanan kita," Semua melakukan apa
yang dikatakan Mathias tadi. Mereka pun masuk ke kapal yang berada beberapa
meter dari tempat mereka berada, sambil bersiap-siap menghadapi keganasan laut
berikutnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Yah, itulah saya; orangnya suka bingung dengan idenya sendiri... jadi, tolong jangan flame saya... i^i
0 komentar:
Posting Komentar