Annyeong haseyo~!
Akhirnya gue kembali nge-blog juga~! (Readers: bukannya lu mau ikut lomba, ya?) BTW soal lomba, ternyata lombanya diundur sampai September atau Oktober! Lama, 'kan? Nah, jadilah gue nambah postingan lagi...
Kali ini gue mau bikin fanfic lagi, kali ini crossover Code Lyoko dengan Daigunder~ (gue ini crossover lover, so masbuloh? =3=), karena kalo gue lihat, main chara dari masing-masing fandom (baca: Aelita dan Ryugu) kasian juga, diincer (?) antagonis utama #tepukbahu...
Notes and warnings:
- Code Lyoko belongs to MoonScoop.
- Daigunder belongs to Takara.
- Genre: of course friendship~ :3
- 1st person POV itu terserah kalian, karena yang mereka lakukan tuh sama~
- Ke-OOC-an, diksi gak jelas, atau kesalahan lainnya tetap berpeluang untuk muncul.
Di bawah alam sadar, tanpa sengaja aku dipertemukan dengan sosok lain yang mengalami hal yang hampir sama denganku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang gadis dengan penampilan seperti
elf berlari di sebuah ruangan yang penuh dengan warna biru karena menyadari
dirinya sedang dikejar dua monster besar berwarna coklat. Lalu, ia melihat
sebuah celah di sebelah kirinya, berharap ia bisa lolos dari monster mengerikan
itu. Namun, tidak seperti yang ia harapkan, ia memasuki jalan buntu.
"Aelita! Awas di belakangmu!!"
Gadis berambut merah jambu itu segera
berbalik, dilihatnya makhluk besar menyerupai ubur-ubur melayang-layang tepat
di depannya. Makhluk itu mengikatnya dengan tentakel-tentakelnya, kemudian
menempelkan dua tentakelnya di kening gadis itu.
"Gawat! Schyphozoa itu menghisap
memorinya!!"
"Bagaimana ini? Yang lainnya juga
sudah keluar dari Lyoko...," Tak lama kemudian, makhluk itu melepaskan
ikatannya, sehingga si gadis terjatuh tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan.
"AELITA!! TIDAAAKK!!"
---
Di sebuah hutan terdengar suara derap
kaki yang terdengar serentak. Suara itu berasal dari seorang anak laki-laki
berambut coklat dan robot putih yang tingginya kurang lebih sama dengannya.
Tampaknya mereka dikejar-kejar sesuatu yang keberadaannya sama sekali tidak
mereka harapkan. Namun, sosok itu sudah berada di hadapan mereka.
"Kalian tidak bisa lari ke mana-mana
lagi...,"
Anak laki-laki itu terdiam ketakutan,
begitu juga dengan teman mekaniknya itu. Mereka berpikir keras bagaimana
caranya bisa kabur dari sosok yang berupa robot besar berwarna hitam itu.
Sejurus kemudian, sebuah cahaya hitam muncul di tangan robot hitam itu dan
semakin membesar dengan sosok kecil di depannya sebagai sasarannya.
"Akira! Awas...!!" Tubuh si
anak laki-laki segera didekap robot putih itu. Sekejap saja, mereka berdua
terhempas sekitar lima meter dari tengah hutan. Kabar baiknya, anak laki-laki
itu selamat. Kabar buruknya, teman mekaniknya sama sekali tidak bergerak.
"Ryugu? Ayolah kawan,
sadarlah...!" Si anak laki-laki mengguncang-guncangkan tubuh temannya,
namun ia tetap bergeming.
---
(1st person POV)
Kubuka kedua mataku, terlihatlah sebuah
tempat yang entah apa namanya. Hanya ada sesuatu semacam kabut putih di
mana-mana. Aku pun mendapati diriku melayang-layang, seolah-olah ini ruang
hampa. Selain diriku, tak terlihat apapun di sini. Perlahan aku menyadari bahwa
aku sedang berada di tempat yang benar-benar membingungkan.
Perlahan kukerahkan seluruh usaha untuk
menggerakkan tubuhku. Tiba-tiba aku merasakan adanya sebuah benda transparan
yang cukup keras yang mengenai tanganku, mirip-mirip kaca. Segera saja, aku
menempelkan tanganku pada benda itu. Sekejap saja, kedua kakiku menempel di
'lantai' tempat itu. Namun, yang mengejutkan, aku melihat sosok lain di benda
itu. Ia bergerak persis seperti gerakanku, namun sosoknya berbeda jauh dari
sosokku. Entah ia bayanganku atau bukan.
"Apa yang kau lakukan di sana?"
kata sosok di depanku tiba-tiba. Tunggu sebentar, sepertinya aku tidak
berbicara sepatah katapun - ia yang mulai bicara. Akhirnya kubalas ucapannya
dengan pertanyaan, "Kau sendiri kenapa bisa ada di sini?"
"Aku baru saja menghadapi sosok yang
besar dan tidak kuharapkan keberadaannya. Tapi, aku justru dikalahkan olehnya
dan entah bagaimana tiba-tiba aku sudah ada di sini...," jelasnya. Aku
terkejut karena aku baru saja mengalami hal yang sama dengannya.
"...ternyata kita mengalami hal yang
sama, iya 'kan?" lanjutnya. Aku semakin terkejut karena ia bahkan tahu
yang terjadi padaku. Apakah mungkin sosok yang ada di depanku ini bayanganku
yang menyamar menjadi sosok lain? Suasana menjadi hening sejenak.
"Memang benar, aku juga mengalami
hal yang sama denganmu...," balasku.
"Benar, 'kan? Kurasa kita bisa
berteman, walau hanya sebentar," Hanya sebentar? Apa maksudnya?
"Se, sebentar! Apa yang sedang
terjadi di sini?!" tanyaku.
"Aku muncul di sini karena kulihat
kau hampir kehilangan semangat dan harapanmu...," jawabnya. Aku hanya
tertegun mendengarnya.
"...jadi aku bermaksud
mengembalikannya padamu," lanjutnya.
Ya, sepertinya memang benar. Saat aku
terdesak dan kemudian dikalahkan oleh si bajingan itu, aku merasa semangatku
turun dan harapan dari teman-temanku hancur seketika. Tiba-tiba aku merasa
diriku ini benar-benar tidak bisa diandalkan. Aku benar-benar pengecut!!
"Tenanglah, kawan.... Aku bisa
membuatmu memiliki semangat dan harapan lagi...," katanya yakin. Sejenak
aku melihat wajahnya yang menunjukkan keoptimisannya. Benar, sekarang aku bisa
merasakannya! Semangat dan harapan yang bersatu. Aku bisa merasakan kehangatan
itu.
"Kau benar! Aku mendapatkan semangat
dan harapanku kembali. Bagaimana kau melakukannya?" tanyaku. Ia tidak
menjawab. Tiba-tiba, secara perlahan muncul beberapa sosok yang sangat kukenali
keberadaannya di sebelah lawan bicaraku - itu teman-temanku!
"Dengan dukungan dari
teman-temanmu...," katanya. Mataku berbinar-binar melihat mereka semua,
namun hanya berlangsung sementara karena perlahan-lahan mereka mulai
menghilang.
"...dan yang terpenting adalah dari
dirimu sendiri," lanjutnya. Akhirnya aku baru sadar kalau dua unsur itu
aslinya didapat dari diriku sendiri, selebihnya dari dukungan teman-temanku.
"Terima kasih sudah menemaniku...,
sekarang aku harus pergi," katanya. Aku terkejut mendengar apa yang baru
saja dikatakannya.
"Pergi? Tapi, kenapa?" tanyaku
tidak percaya.
"Lihatlah dirimu, kau sendiri mulai
menghilang...," Menghilang? Kulihat salah satu tanganku, dia benar! Aku
harus pergi dari sini, karena kalau tidak yang lainnya akan khawatir.
"Sampai jumpa, teman...,"
lanjutnya sambil perlahan menjauh dari benda transparan itu. Aku bisa merasakan
diriku terdorong menjauh dari benda itu. Akhirnya aku mulai menghilang dari
tempat itu.
---
"Akhirnya kau sadar juga...,"
Terlihat di depan robot putih itu seorang anak laki-laki dengan wajah yang
begitu khawatir.
"Iya, kami benar-benar khawatir
denganmu, mogu~," sahut robot mole oranye, ikut menimpali. Teman mekanik
anak laki-laki itu hanya bisa bergumam, "Tadi itu... mimpi, ya?"
---
Seorang gadis berambut merah jambu
membuka matanya. Terlihat olehnya ruangan yang sama dengan saat ia
dikejar-kejar beberapa monster itu.
"Apa yang sebenarnya sedang terjadi
di situ...?" Seorang anak laki-laki berambut lancip terlihat tidak
percaya.
"Apa mungkin itu Franz Hopper?
Atau...?" lanjut gadis berwajah oriental, ikut-ikutan bingung. Sementara itu,
sang gadis yang berada di ruangan biru itu bergumam, "Mungkinkah mimpi
itu...?"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gimana? Silakan dikomentari, if you don't mind~ ;D
0 komentar:
Posting Komentar