Lanjut~!
Sekarang saya mau ngasih fanfic Dragon Warrior (yang pernah tayang di SpaceToon dan sekarang di NET.). Saya sebetulnya sering liat fanfic gituan di FaceBook, tapi entah kenapa fanfic model drama terlalu mainstream :U (emote :v udah mainstream). Nah, akhirnya saya buat dengan model cerpen~ :D
Notes and warnings:
- Dragon Warrior belongs to Bai Yi Animations.
- TMNT (2012 version) belongs to Nickelodeon.
- Genre: nyampur-nyampur (entah apa tepatnya :U)
- Canon alias setting sesuai cerita aslinya.
- Indonesian-style pronounciation used (namanya itu loh... -_-)
- Humor di dalamnya garing, kegajean di mana-mana, de-el-el...
Sebuah kejadian aneh menimpa Khafu, Mulato, Kyupi, dan juga Milla: pertukaran kepribadian. Karena itulah, Taliku dan Dainase mencoba untuk menemukan obatnya - dengan sedikit bantuan dari Naga Induk tentunya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Suara derap kaki terdengar dengan
jelasnya di sebuah lapangan. Seekor naga kecil berwarna oranye berlari-lari
dengan lincahnya. Sepertinya ia sangat gembira dan ia tidak sabar untuk segera
bertemu dengan teman-temannya.
"Halo, teman-teman! Kalian merindukan
aku?" tanya si oranye yang bernama Taliku itu. Tiba-tiba senyumannya buyar
karena melihat sikap teman-temannya yang sangat aneh.
Dilihatnya, Khafu yang lompat-lompat
layaknya anak kecil, Mulato yang kesal sambil memukul-mukul pohon di depannya,
Kyupi yang asyik makan permen, dan Milla yang latah dengan mengatakan
"kyu!". Kontan saja Taliku jadi bingung di tempat.
"Hei, ada apa dengan kalian? Kalian
bahkan jadi terlihat seperti orang gila," tanyanya. Ia berpikir mungkin
teman-temannya tertukar kepribadiannya. Tak lama kemudian, muncul makhluk
sejenisnya di balik pohon, hanya saja warnanya biru tua.
"Selamat pagi, Taliku...," kata
naga kecil berwarna biru tua itu, memberi salam.
"Dainase? Apa yang sedang terjadi di
sini?" tanya Taliku sambil menunjuk ke empat temannya. Suasana hening
sejenak, sampai Kyupi menghampiri mereka sambil membawa permen.
"Ayaya..., kalian mau
permenku?" katanya menawari. Taliku dan Dainase hanya merespon dengan
ekspresi tidak percaya.
"Hebat, mereka berempat kena Personality
Switch Syndrome...," kata Dainase dengan wajah sarkastik, sepertinya ia
ketularan sifat sinisnya Liling.
"Personality Switch Syndrome?"
tanya Taliku.
"...alias sindrom pertukaran
kepribadian," lanjut Dainase.
"Berarti dugaanku benar...,"
"Maksudmu?"
"Maksudnya aku terpikir kepribadian
mereka tertukar, ...dan benar!" Dainase hanya manggut-manggut
mendengarnya.
"Kalau begitu, coba kita tanya Naga
Induk. Mungkin dia tahu bagaimana mengatasinya?" saran Dainase. Taliku
mengangkat ibu jarinya pertanda setuju.
"Ngomong-ngomong...," ucap
Taliku.
"Hm?"
"Senang rasanya melihatmu dengan
kepribadian aslimu~ Kupikir kau juga kena...," pekik Taliku sambil memeluk
Dainase erat-erat.
"Oke, oke. Berhentilah memelukku.
Sesak!" pinta Dainase. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke desa
telur naga.
---
"Oh, kalian rupanya.... Apa yang
membuat kalian kemari?" tanya Naga Induk begitu melihat Taliku dan Dainase
datang ke tempatnya.
"Anu..., empat teman kami terkena
Personality Switch Syndrome, gulu...," kata Taliku yang diikuti anggukan
dari Dainase.
"Personality Switch Syndrome? Hmm,
jarang sekali ada yang kena sindrom itu...," ujar Naga Induk.
"Kira-kira apa obatnya?" tanya
Dainase.
"Sebentar, biar kupikir
dulu...," jawab Naga Induk sambil berpikir.
5 menit...
10 menit...
15 menit...
"Eureka! Aku tahu apa obatnya!"
kata Naga Induk tiba-tiba. Taliku dan Dainase jadi berbinar wajahnya.
"Apa itu, gulu?"
"Ayo beritahu kami!"
"Kalian, cari buah dari pohon yang
tinggi yang batangnya berwarna hijau toska, buah yang dipakai untuk obat
warnanya biru prussia. Pohon dengan buah seperti itu ada di sebuah hutan di
pulau tempat tinggal suku Xi Ha," jelasnya.
"...Warna buahnya biru prussia? Aneh
sekali...," ucap Taliku bingung.
"Mungkin pohon yang seperti itu termasuk
langka. Ayo kita cari," ajak Dainase. "Kami pergi dulu...!"
"Kalian berdua,
berhati-hatilah...!" sahut Naga Induk.
Taliku dan Dainase melangkah keluar dari
desa telur naga, menuju ke hutan seperti yang diceritakan Naga Induk, demi buah
biru prussia itu.
---
"Nah, itu ada pulau tempat tinggal
suku Xi Ha. Berarti kita sudah dekat," kata Dainase.
"Dainase, kau benar, gulu...,"
jawab Taliku dengan wajah berbinar-binar. Segera saja mereka pergi agak ke
dalam pulau itu. Di perjalanan, mereka bertemu dengan kepala suku Xi Ha jadi
mereka memutuskan untuk menanyakan keberadaan pohon tersebut.
"Ooh, sudah lama kita tidak bertemu,
ya?" kata kepala suku Xi Ha ketika melihat Taliku dan Dainase di depannya.
"Apa kau tahu tentang pohon yang
batangnya berwarna hijau toska dan buahnya yang berwarna biru prussia?"
tanya Dainase.
"Oh, itu.... Memang pohon itu
dulunya banyak di hutan itu, tapi sekarang jarang ada, belum lagi mereka lambat
tumbuhnya...," jelas kepala suku. Mereka berdua bisa menyimpulkan bahwa
pohon itu sulit dicari sekarang dan penyebabnya adalah serangan Naga Hitam
beberapa waktu lalu.
"Hmm, terima kasih sudah memberi
tahu...,"
"Kami jalan dulu...,"
"Sampai jumpa, anak-anak. Hati-hati,
ya?" kata kepala suku sambil melambaikan tangan.
Selama di perjalanan, Taliku dan Dainase
berbincang-bincang tentang sindrom itu.
"Dainase, kau 'kan pintar. Bisakah
kau jelaskan padaku kenapa mereka berempat bisa kena sindrom itu?" tanya
Taliku dengan nada usil.
"...Hmm, aku pernah dengar kalau
sindrom yang seperti itu bisa disebabkan oleh tanaman semak beracun,"
jelas Dainase.
"Semak beracun? Wah, berarti itu
yang mereka makan waktu itu...," ujar Taliku.
"Hah?! Kapan?" Dainase terlihat
tidak percaya.
"Waktu kita berenam main di dekat
tempatnya Naga Kecil, empat dari kita memakan semak yang ada di mulut
guanya," jelas Taliku. "Kalau semak itu beracun, kenapa mereka bisa
tetap hidup, ya?"
"Yang kutahu racunnya hanya akan
mengacaukan kepribadiannya, bukan membunuh...," jawab Dainase. Mendengar
itu, Taliku menghela nafas lega. Tanpa disadari, ia menabrak pohon besar di
depannya.
"Aduh..., kepalaku...," erang
Taliku sambil mengelus-elus jidatnya.
"Taliku...,"
"Apa?"
"Kau lihat? Kita sudah sampai!"
Mendengar omongan Dainase, Taliku langsung mendongak ke atas. Terlihat oleh
mereka pohon hijau toska yang tinggi. Di puncaknya ada buah biru prussia, tepat
seperti yang mereka cari.
"Pohonnya tinggi sekali. Bagaimana
kita akan mengambil buahnya, gulu?" Taliku terlihat bingung.
"Tidak masalah, Taliku. Aku punya
rencana bagus," jawab Dainase dengan entengnya. Lalu ia mengeluarkan jurus
membuat klon-nya – jurus semacam mizubunshin. Sekejap saja, Dainase dan empat
klonnya sudah ada di depan mata Taliku.
"Wow, itu ide yang brilian,
Dainase...," ucap Taliku dengan mulut setengah menganga lantaran kagum.
"Terima kasih. Nah, kami akan saling
panjat, dan kau naik ke puncak untuk mengambil buahnya. Kau mengerti?"
jelas Dainase yang disambut oleh anggukan dari Taliku.
Dainase berjalan ke bawah pohon, lalu
salah satu klon memanjat ke punggungnya. Begitu seterusnya hingga tidak ada
klonnya yang ada di bawah. Di saat itu juga, Taliku memanjat ke punggung klon
Dainase yang paling atas. Baru saja ia menjulurkan tangannya ke buah itu,
tiba-tiba sesosok makhluk mencomot buah tersebut. Karena kaget, klon-klon
Dainase menghilang tiba-tiba. Tidak usah ditanya lagi, Taliku jatuh ke bawah.
Melihat itu, Dainase langsung menghindar. Bruk! Si oranye sudah ada di tanah
dengan posisi (tidak) elitnya.
"...Sudah tahu aku mau jatuh kenapa
kau malah menghindar...?" tanya Taliku dengan mata berkunang-kunang.
"Kalau aku tidak menghindar, kau
bisa tertusuk duri di punggungku, tahu?!" jawab Dainase. Taliku hanya
terdiam sambil berpikir bahwa jawaban Dainase cukup logis untuk membuatnya
menghindar. Ia pun segera berdiri. Terdengar tawa cempreng dari puncak pohon
yang pemiliknya tidak perlu diragukan lagi: Naga Burung Gagak.
"Hei, Vapour Duo! Kalau kalian ingin
buah ini, kalian harus mengambilnya dariku~" kata Naga Burung Gagak
mengejek.
"Apa? Vapour Duo?" Dainase
merasa frasa itu benar-benar asing baginya.
"Err..., entah kenapa dia jadi
seperti Michelangelo yang suka asal kalau memberi nama...," ujar Taliku.
---
Sementara itu di fandom TMNT alias
Kura-Kura Ninja...
"Ah..., AH-CHOO!" Terdengar suara
bersin yang keras dari kura-kura berbandana oranye itu.
"Mikey? Kau tidak apa-apa?"
tanya kakaknya yang berbandana ungu.
"Err..., entahlah, Donnie. Tapi
sepertinya ada yang sedang membicarakan diriku...,"
"Lupakan saja soal itu, Mikey....
Kita masih punya urusan yang harus segera kita selesaikan...,"
---
Oke, kita kembali ke fandom Dragon
Warrior.
"Pasti kau menyebut kami demikian
karena elemen kami api dan air, 'kan?" kata Dainase.
"Kenapa kau bisa tahu?" tanya
Taliku.
"Ayolah, bukankah vapour itu artinya
uap? Uap akan muncul saat air semakin panas, 'kan?" jawab Dainase.
Krik.... Krik.... Tidak ada suara kecuali
seekor jangkrik yang datang entah dari mana. Semua hening.
"Lupakan soal itu, kawan.... Kita
harus merebut kembali buahnya," ujar Taliku sambil memutar bola matanya.
Segera saja mereka berdua akan menyerang
Naga Burung Gagak, namun gagal karena naga kecil berelemen kegelapan itu terus
saja terbang ke sana kemari. Taliku dan Dainase cukup kewalahan menghadapinya.
"Nyehehehehe..., apa cuma itu
kemampuan kalian, eh?" ejek Naga Burung Gagak sambil mengeluarkan jurus
penusuknya. Sekejap saja Taliku dan Dainase terhempas ke belakang, menabrak
pohon yang lainnya.
"Dainase, apa kau tahu...? Akibatnya
kalau mereka... terlambat diobati...?" tanya Taliku terbata-bata.
"Yang kudengar..., mereka bisa
kehilangan... jati diri mereka sendiri...," jawab Dainase dengan nafas
tersengal-sengal. Lalu, mereka berusaha bangkit.
"Ini sungguh tidak bagus...,"
gumam Taliku geram. Tiba-tiba mereka teringat sesuatu.
"...Tunggu, apa kau berpikir sesuatu
yang sedang kupikirkan...?" tanya Taliku.
"...Kurasa begitu...," jawab
Dainase. Mereka mulai tersenyum yakin dan mulai mengambil ancang-ancang.
"Jurus Bola Api!!" pekik
Taliku.
"Jurus Gelombang Laut!!" pekik Dainase.
Naga Burung Gagak yang lengah melihat
jurus mereka yang bergabung menjadi satu. Ia berusaha kabur, namun apa daya
lagi, ia terkena jurus itu. Akhirnya ia terjatuh, tepat di dekat pohon berwarna
hijau toska itu.
"Kau lihat? Itu gabungan jurus kami!"
kata Taliku sambil mencomot buah biru prussia itu dari tangan Naga Burung
Gagak.
"Kalau saat berevolusi kami bisa
melakukannya, kenapa saat masih naga kecil tidak?" lanjut Dainase. Mereka
pun segera meninggalkan hutan itu.
---
"Hahaha..., kalian melakukannya
dengan sangat baik. Aku sungguh salut dengan kalian...," ujar Naga Induk
setelah melihat Taliku dan Dainase mendapatkan buah itu. Mereka hanya
senyum-senyum mendengarnya.
"Nah, kalian bantu aku membuat
ramuannya, ya?" lanjutnya. Mereka mengiyakannya.
Naga Induk bersama Taliku dan Dainase
membuat ramuan dari buah itu. Setelah selesai, mereka meminumkannya kepada
Khafu, Mulato, Kyupi, dan Milla. Tiba-tiba mereka tidak sadarkan diri.
"...Apa yang terjadi dengan
mereka...?" tanya Taliku, khawatir.
"Jangan khawatir, nanti mereka
bangun lagi...," kata Naga Induk, menjawab kekhawatiran Taliku. Tak lama
kemudian, mereka berempat bangun.
"Apa yang sebenarnya terjadi dengan
kami, kyu?" tanya Kyupi begitu terbangun.
"Tadi kepribadian kalian tertukar
karena semak beracun waktu itu...," jawab Dainase.
"...Tapi tenang saja, gulu. Tadi
kami berdua yang mencari obatnya," lanjut Taliku.
"Semak beracun? Untung Milla masih
hidup...," kata Milla dengan polosnya. Semua tertawa mendengarnya.
"Iya, kupikir akan terjadi sesuatu
dengan kami..., benar-benar mengkhawatirkan," ujar Khafu.
"Ayaya..., aku setuju dengan
Khafu," jawab Mulato membenarkan ucapan Khafu.
Semua bisa bernafas lega. Sindrom
pertukaran kepribadian sudah berhasil diatasi. Masalah utamanya sudah benar-benar
selesai.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oke, yang tadi bingung kenapa ada disclaimer TMNT, pastikan kalian perhatikan dalamnya, ya~ :)
Silakan dikomentari, para readers sekalian. Flame tidak diterima!
0 komentar:
Posting Komentar