Halo, ane mau ngepost fanfic Daigunder lagi, nih! Kali ini yang kelima! \^o^/
Kali ini, ane sempat kepikiran, "Gimana jadinya kalo Sabotto dan Gunder bisa ngomong, ya?", dan pada akhirnya fanfic ini berhasil dibuat, lho~ Ide ane keren, 'kan~? (Readers: Biasa aja kali...)
Notes and warnings:
- Daigunder belongs to Takara.
- Another fandoms that comes here belongs to their respective creators.
- Genre: humor; Rating: K+ hampir T
- Garing, OOC, ngaco, yang pasti banyak kesalahan yang tersedia di sini~ #plak
Douzo~Gunder bisa ngomong? Bagi Akira dan kedua temannya, menemukan kejadian seperti itu bagaikan menemukan sebuah oasis di tengah gurun pasir yang gersang. Sabotto juga bisa ngomong? Rasanya seperti menemukan oasis plus pohon-pohon di sekelilingnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Oh! Hai, Gunder! Sudah siap latihan
hari ini?" tanya seorang anak kecil berambut coklat kepada robot bentuk
naga di depannya.
"Aku sudah siap, Akira. Kita mulai
saja."
Lah?
Dia ngomong?
Anak kecil itu menyemburkan es teh yang
tengah diminumnya tiba-tiba, kemudian segera mengguncang-guncangkan tubuh robot
itu sekuat yang ia bisa.
"GUNDER!!
SEJAK KAPAN KAU BISA NGOMONG?! JAWAB, GUNDER!! JAWAB!!"
"WOI,
AKIRA!! BISA GAK SIH, GAK TERIAK-TERIAK GAJE GITU, HAH?!"
Anak kecil
bernama Akira itu terbangun tiba-tiba setelah merasakan sebuah guncangan hebat
di bagian bawah ranjangnya. Begitu tersadar sepenuhnya, ia balas berteriak
kepada si pembuat guncangan itu, yang tak lain adalah saudara angkat..., bukan,
maksudku teman dekat Akira dengan wujud robot yang bernama Ryugu.
"ASTAGA,
EMANGNYA KAU GAK NGERTI APA?! INI NGIGAU, RYU!! NGIGAU!!"
"NGIGAU
SIH NGIGAU, TAPI GAK USAH PAKE ACARA TERIAK-TERIAK JUGA, KELES!!" balas
Ryugu yang tiba-tiba berubah alay (?).
"PLIS,
AKIRA, RYUGU!! INI MASIH TENGAH MALAM, TAHU!! RISIH AKU DENGAR KALIAN
TERIAK-TERIAK BEGITU!!" teriak seorang remaja perempuan yang tiba-tiba
nyelonong masuk kamar.
Teriakan
dari remaja perempuan bernama Haruka itu sukses membuat dua sosok kecil itu
bungkam seketika. Melihat ekspresinya yang bahkan lebih menakutkan daripada
Titan yang memakan kepala Ilse Langnar di OVA SnK (?), mereka pun langsung
kembali ke posisi semula dan kembali terlelap dengan cepatnya. Haruka sendiri
juga segera keluar dari kamar mereka dengan dongkolnya.
---
Ketiga sosok
itu berkumpul di halaman depan markasnya sambil menikmati segelas es teh di
tangan mereka masing-masing. Bukan itu saja, mereka menyelinginya dengan
kegiatan lain. Haruka mengutak-atik data dalam laptopnya, Ryugu mencoba
memperbaiki senjatanya, sedangkan Akira cuma duduk santai di dekat mereka.
"Heran,
deh," desah Ryugu sambil memutar-mutar obeng di tangannya. "Tidak
biasanya Akira ngigau sambil teriak-teriak gitu," Ia pun beralih ke Akira.
"Sebenarnya apa yang sudah terjadi padamu? Kau sempat teriak-teriak soal
Gunder yang tiba-tiba bisa ngomong, 'kan?"
Akira juga
ikut mendesah sambil menoleh ke temannya itu, "Entah mimpi macam apa yang
kualami semalam. Semacam pertanda atau bukan, tidak kepikiran sama sekali
olehku."
"Jangan-jangan
ini ada kaitannya dengan pertandingan latihan dua hari lalu," ucap Haruka,
ikut nimbrung dalam obrolan mereka. "Kalau tidak salah, Profesor Hajime
bilang dia mengalami kerusakan yang lumayan parah, 'kan?"
Ryugu
memandangi perisai yang sedang ia perbaiki, kemudian membenarkan perkataan
Haruka, "Iya juga, sih. Perisaiku sampai rusak begini, padahal aku sendiri
baik-baik saja, kok."
"Keajaiban,
kali? Jarang-jarang robot sepertimu dapat keajaiban begitu," ledek Akira
seraya menyeruput es tehnya.
"Tch,
keajaiban apanya, Akira? Kau tahu sendiri 'kan, kalau aku tidak terlalu percaya
dengan yang begituan?" sanggah Ryugu sambil meneruskan kegiatannya.
Di saat
obrolan mereka hampir memanas karena ledekan Akira tadi, tiba-tiba Gunder
datang tepat di samping Haruka. Mendengar rintihan khasnya itu, ketiga orang
itu memfokuskan pandangan mereka ke arahnya.
"Kalian
membicarakan aku?" Kalimat itu terdengar tepat setelah rintihan itu.
Jduarr!! Sebuah efek petir
menggelegar muncul di belakang ketiganya. Dua manusia dan satu robot itu
memasang ekspresi tidak percaya mereka. Mereka bertiga yakin mereka baru saja
salah dengar.
"Gunder,
ini benar-benar kau?" tanya Ryugu seraya mendekati Gunder. Begitu mereka
berdekatan, robot putih itu segera mencengkeram leher partnernya dan mengguncang-guncangkan
tubuhnya dengan penuh rasa tidak percaya. "KATAKAN PADAKU, GUNDER!! SEJAK
KAPAN KAU BISA NGOMONG BAHASA MANUSIA, HAH?!"
"Apa-apaan
kau ini? Aku tanya padamu apakah kalian bertiga sedang membicarakan aku!"
seru Gunder yang tidak puas dengan jawaban teman kecilnya itu.
"Astaga,
pasti ada yang melakukan malpraktik selama memperbaikinya," ujar Haruka
sambil mengacak-acak rambutnya. Ia pun segera beranjak dari tempat duduknya.
"Gak mungkin Gunder jadi begini tanpa sebab!"
"Seseorang, tolong tampar aku. Aku pasti
sedang bermimpi," batin Akira sambil keringat dingin.
Di
tengah-tengah kebingungan tiga sosok itu,
seseorang datang dari dalam markas. Oh, ternyata itu Profesor Hajime.
Entah dia datang karena risih dengan keributan yang mereka buat atau cuma iseng
datang, tidak ada yang tahu. Yang pasti, si jenius tua itu datang menghampiri
mereka, jelas 'kan?
"Hei,
semua! Hari yang indah, bukan?" sapanya dengan santai.
Krik, krik. Sekelompok jangkrik
melakukan paduan suara dadakan di sekitar mereka.
"PROFESOR!!!"
seru ketiganya secara bersamaan (Eh, tumben Akira memanggil kakeknya sendiri
dengan sebutan 'Profesor')
"Apa yang sudah Profesor lakukan
pada Gunder?!"
"Jangan bilang kalau ada kesalahan
prosedur saat memperbaikinya!!"
"Apa yang harus kita lakukan, Kek?!
Apa?!"
"CUKUP, ANAK-ANAK!!" seru
Profesor yang kesal lantaran dihujani berbagai pertanyaan dari tiga orang itu. "Ekhem, mending kalian tanya
satu-satu aja! Suaraku lagi serak sekarang, jadi jangan buat aku teriak-teriak
terus, oke?"
Mendengar permintaan dari Profesor Hajime
itu, baik Akira, Ryugu, maupun Haruka langsung duduk manis layaknya anak-anak
yang antusias untuk mendengarkan cerita dari sang pendongeng. Begitu ketiganya
sudah duduk, Profesor memulai penjelasannya.
"Jadi, begini, kalian masih ingat
pertandingan latihan tempo hari itu, 'kan?" tanyanya di permulaan. Mereka
bertiga mengangguk membenarkan.
"Waktu itu kita dikalahkan,
sampai-sampai aku mengalami kerusakan yang cukup parah. Aku benar,
'kan?" sambung Gunder.
Semua
terdiam dan Gunder menganggap pertanyaannya dijawab dengan 'iya'.
"Terus,
kalau tidak salah kalian diperbaiki kemarin, 'kan?" tambah Akira sambil
menatap Ryugu dan Gunder bergantian.
"Benar,
aku diperbaiki duluan dan Gunder belakangan. Tapi, masa' iya sih, Gunder jadi
begitu hanya karena diperbaiki belakangan? Aneh, 'kan?"
Semua
terdiam lagi, dan kali ini sebagai isyarat bahwa mereka tengah memikirkan
jawaban dari kebingungan mereka. Di saat itulah sebuah robot asisten berbentuk
bulat datang menghampiri Profesor. Namun, dilihat dari cara datangnya yang
terburu-buru, nampaknya ada suatu hal darurat yang terjadi.
"Fufufu...,
sepertinya kami mengganggu acara kumpul-kumpul kalian, ya~?"
Si robot
bulat bernama Sabotto itu didekap oleh sebuah sosok yang berbicara tadi. Tak
lama kemudian muncul lagi sebuah sosok yang sepertinya teman dari sosok
pertama. Ketiga manusia beserta kedua robot yang melihat itu terbelalak. Mereka
sangat mengenali kedua sosok tinggi itu.
"Ekh?!
Tigamaru dan Rougamaru?!" seru Akira terperanjat.
"Kekeke..., kami sudah mendengar
obrolan kalian~" kata Rougamaru. "Kudengar teman kalian yang bisu ini
tiba-tiba bisa bicara, 'kan~?"
"Eekh!! Tolong aku!! Beep!!"
Kalimat yang dilontarkan Sabotto secara tiba-tiba itu mengejutkan semua yang
berada di situ kecuali duo robot ninja itu.
"Kami pergi dulu, ya~
Sayonara~" Kedua robot lihai itu kemudian menghilang seketika sambil
membawa Sabotto bersama mereka.
Lima sosok
itu membisu seketika. Mereka tidak percaya Sabotto yang biasanya cuma bisa bilang
"Beep! Beep!" bahkan bisa bicara secara tiba-tiba. Profesor Hajime
pun menjadi pusat pandangan keempat yang lainnya. Sepertinya lagi-lagi ia akan
disalahkan untuk masalah Sabotto.
"Ada
apa? Aku bahkan tidak tahu menahu sama sekali soal Sabotto. Sungguh!"
jelas Profesor, mencoba untuk mengelak dugaan mereka berempat.
"Benarkah?"
tanya Gunder curiga. "Bukankah selama ini Profesor yang selalu mengurus
perbaikan robot?"
"Sudahlah,
Gunder. Ini bukan waktunya ngebahas yang seperti itu," kata Haruka menenangkan.
"Benar!
Yang penting kita mesti menolong Sabotto dulu," ujar Akira membenarkan.
---
Robot
berbentuk pegacorn – pegasus-unicorn – yang bernama Ginzan tengah melangkah
santai menyusuri sebuah hutan yang tak terlalu lebat. Ia merasakan ketentraman
dalam hatinya ketika berada di antara ratusan pepohonan yang hijau nan rimbun,
namun semua itu tidak berlangsung lama. Ketentraman itu pecah begitu kedua
matanya menangkap sesuatu yang telah kesekian kalinya ia lihat – dua partnernya
yang lagi-lagi berulah.
"Hei,
Ginzan! Lihatlah apa yang kami bawa sekarang!" ujar Tigamaru senang sambil
menunjukkan robot bulat itu di hadapannya.
"Kalian
ini...," desah Ginzan sambil sweatdrop di tempat. "Apa kalian
tidak malu dengan kelakuan kalian terhadap Akira, hah? Lagipula, ngapain juga
kalian bawa Sabotto ke sini lagi?"
"Dia
bisa bicara, lho!" bisik Rougamaru begitu ia mendekati robot ungu itu.
"Kau mau bukti? Kami perlihatkan, ya~?"
Tigamaru
membuka selotip yang menutup lubang bulat di wajah Sabotto. Begitu lubang itu
terbuka, suara yang tentu saja bukan milik ketiga anak buah Profesor Big Bang
tersebut terdengar tiba-tiba dan menggema di penjuru hutan.
"Beep!! Tolong aku!! Seseorang,
tolong aku!! Beep!!" Begitulah suara yang terdengar tadi. Ginzan
terperanjat mendengar suara yang nyata-nyata didengarnya dari Sabotto sendiri.
"Tuh
'kan, Ginzan?" tanya Rougamaru sekali lagi untuk memastikan. "Kau
mendengarnya sendi-"
Prakk!! Sebuah batu berukuran sedang menghantam kepala
robot serigala itu dari belakang. Rougamaru beserta dua partnernya menoleh ke
asal lemparan itu dan menemukan tiga manusia serta dua robot yang sangat
dikenalinya.
"HEI!!
KALAU KALIAN BERANI, LAWAN KAMI!! JANGAN CUMA BERANI NYEKAP SABOTTO SAJA!!"
teriak Gunder dengan (kelewat) lantangnya.
"Buset dah, gak nyangka suara Gunder besar
begitu.... Rasanya badan ini
jadi kaku...," gumam Haruka sambil merinding gara-gara suara Gunder.
Namun, ia tak sendiri karena Akira dan dua lainnya juga bereaksi sama dengannya
dengan sebab yang sama pula.
Ginzan, Tigamaru,
dan Rougamaru mendengarnya sendiri.
Ya, mereka
mendengar teriakan itu sendiri.
"HEEEHHH?!"
teriak mereka tak percaya lengkap dengan efek petir menggelegar (lagi) di
belakang mereka. Bagaimana tidak, mereka bertiga mendengar sendiri satu lagi
robot bisu (baca: Gunder) yang juga tiba-tiba bisa bicara.
"Apaan
kalian 'hah-heh' begitu?!" seru Ryugu seraya mengacung-acungkan pedangnya.
"Bukan kalian saja yang gak percaya. Kita juga, tahu!!"
"Plis deh, nih robot kecil kacupling (?)
banyak omong banget...," batin Tigamaru sambil entah kenapa membayangkan
seorang ksatria Prusia pengidap albinisme yang masih anak-anak dan berseru
dengan angkuhnya sambil mengangkat pedang (Gilbert Beilschmidt dari APH, kah?
#bukanwoi)
"Kami
tidak ada maksud untuk bertarung dengan kalian. Cepat kembalikan Sabotto dan
kami akan segera pergi," pinta Profesor Hajime. Namun, dari gerak-gerik
dua robot ninja itu, kelihatan sekali kalau mereka enggan memenuhi permintaan
tersebut.
Bagaimana
dengan Ginzan? Oke, sepertinya ia sudah menyerah dengan sikap kedua partnernya
yang keras kepalanya selangit. Ia pun perlahan ngeloyor keluar hutan sambil
mengumpat dalam hati, tentu saja tentang Tigamaru dan Rougamaru. Intinya ia
tidak mau tahu lagi jika nantinya sebuah pertarungan terjadi di situ.
Kita kembali
ke dua tim robot yang terbentuk dadakan itu. Baik dari pihak Akira maupun dari
pihak Tiga-Rouga sama-sama melontarkan tatapan tajam dari mata mereka. Setelah
beradu pandang selama beberapa saat, Akira mulai menunjukkan seringainya.
"Tch, ternyata makin lama kalian
makin kepala batu," ucapnya. "Ryugu! Gunder!"
Begitu mendengar aba-aba dari bocah
berambut coklat itu, kedua robot yang dipanggil itu mengambil segera
ancang-ancang untuk menyatukan diri.
"Menyatu!!"
Tak kurang dari tujuh menit, muncullah di
hadapan tiga manusia itu robot besar yang tingginya kira-kira sama dengan
Tiga-Rouga. Nampaknya robot tersebut sudah tidak sabar untuk mengambil kembali
temannya yang diculik duo robot ninja itu.
"Kalian sungguh keras kepala! Kalau
begitu, akan kami ambil Sabotto dari kalian secara paksa," ucap robot
bernama Daigunder itu.
Dafuq?!
Apaan lagi
ini?!
Daigunder
juga bisa ngomong?!
Kira-kira
itulah yang ada dalam pikiran Tigamaru serta Rougamaru. Tetapi, sepertinya
Akira, Haruka, dan Profesor Hajime tidak terlalu kaget menanggapinya. Ini
dikarenakan mereka tahu kalau suaranya itu lebih mirip suara Gunder yang kurang
lebih sama beratnya, sedangkan Gunder sendiri memang tiba-tiba bisa ngomong
saat itu. Dengan kata lain, bisa dipastikan bahwa yang bicara sebagai Daigunder
adalah Gunder sendiri.
Baiklah,
kita kembali fokus ke pertarungan dadakan di hutan antara Tim Akira dengan Duo
Tiga-Rouga. Kedua belah pihak itu bersiap-siap untuk bertarung demi sebuah
robot bulat bernama Sabotto. Tanpa ada satupun aba-aba dari seorang wasit, duo
robot ninja itu segera melancarkan sebuah serangan.
Pertama,
Tigamaru mencoba menyerang dengan cara mengayunkan cambuknya ke sasaran, namun
Daigunder berhasil menghindar. Rougamaru pun menambah serangan Tigamaru dengan
tebasan katananya, dan sialnya serangan itu berhasil ditangkis.
"Jangan
kira kami selemah dulu!" seru Daigunder. "Sekarang giliran kami
menyerang."
Kini,
giliran robot yang dominan putih itu yang melancarkan serangan kepada lawannya.
Dikeluarkannya Dragon Sword dari belakangnya, kemudian segera mengayunkannya ke
arah Tiga-Rouga. Rougamaru berhasil menghindar, namun Tigamaru justru terkena
serangannya. Ia pun jatuh terjerembab dan Sabotto terlepas dari tangannya (Ya,
sejak awal pertarungan ia masih membawa Sabotto bersamanya)
Rougamaru
yang melihat Sabotto yang terlempar di udara tidak menyia-nyiakan kesempatan.
Ia pun segera menangkapnya sebelum keduluan Daigunder. Sayangnya, di saat ia
berhasil mendarat dengan mulusnya, ia tidak sadar kalau Daigunder sudah
mengarahkankan meriamnya tepat di belakangnya.
"Dragon
Cannon!!"
Rougamaru
sudah terlempar jauh dengan tidak elitnya. Tigamaru yang menyadari itu menjerit
panik dan segera menyusul rekannya secepat mungkin agar tidak kesasar.
Bagaimana dengan Sabotto? Nampaknya Dewi Fortuna berpihak sepenuhnya kepada
robot merah jambu itu. Di saat Rougamaru lengah tepat sebelum Daigunder
menembakkan meriamnya sebagai serangan terakhir, ia berhasil melepaskan diri
dari tangan robot serigala itu.
"Hiee!!
Profesor, aku takut sekali!! Beep!!"
jerit Sabotto ketakutan seraya melesat ke Profesor Hajime.
"Sudah, sudah. Semua sudah selesai,
kok, Sabotto," kata Profesor sambil langsung memeluk robot asistennya
erat-erat.
Akira dan
Haruka terkekeh lega. Tak lama setelahnya, mereka melihat Daigunder yang
mendeunifikasi dirinya sendiri menjadi dua. Ryugu dan Gunder kemudian
menghampiri kedua manusia muda itu.
"Hahaha,
Sabotto! Kami gak pernah nyangka kalau kau ternyata bisa bicara juga,
lho!" ujar Ryugu seraya menepuk-nepuk tubuh Sabotto. Gunder ikut
menyambung, "Apa sih, rahasianya? Aku sendiri juga bisa bicara tapi tidak
tahu apa sebabnya."
"Beep!
Profesor memasang sebuah program di tubuhku," jawab Sabotto tanpa rasa
bersalah.
(Masukkan
sfx 'jii---' di belakang mereka berenam)
1 detik...
2 detik...
3 detik...
"EEKKHH??!"
seru semua yang ada di situ kecuali Profesor Hajime dan Sabotto. Pandangan
mereka pun terfokus dengan sangat tajamnya ke arah kakek berambut merah jambu
itu. "P-Profesor yang melakukan ini semua?!"
"Iya."
Hening lagi.
"PROFESOR!!!" seru keempat
sosok itu. Akira, Ryugu, Haruka, serta Gunder langsung menyerang
Profesor dengan berbagai pertanyaan.
"Kenapa Kakek tidak bilang dari
tadi?!"
"Jangan
bilang kalau Profesor juga melakukan ini padaku!!"
"Apa
maksudnya semua ini, Prof?! Apa?!"
"Apa
yang sebenarnya sudah terjadi?!"
"DIAAAMM!!!" teriak Sabotto
menghentikan keributan. Sontak saja keempat pelontar pertanyaan itu diam di
tempat. Mereka tidak pernah menyangka suara nyaring Sabotto bahkan menyaingi
teriakan seorang lelaki usia lanjut di iklan Sn*ck*rs.
"Duh, makasih banyak, Sabotto," batin
Profesor sambil merinding hebat karena teriakan Sabotto yang luar biasa nyaring
itu. Ia pun mencoba menenangkan diri sejenak, kemudian ia pun memulai pembicaraannya
di hadapan keempat sosok yang nyaris berbuat anarkis padanya. "Aku
belum pernah bilang kalian soal itu, ya?"
"Tentu
saja, Profesor. Waktu kita bicara tadi 'kan kita sempat diserang Tigamaru
dan Rougamaru."
"Ehehe,
sebenarnya besok ulang tahunnya Akira, lho," ucap Profesor sambil
terkekeh. Semua terkejut mendengar pernyataan itu. "Makanya aku mencoba
memberinya kejutan dengan program yang membuat Gunder dan Sabotto bisa
bicara," Di tengah-tengah kalimatnya, ia mendesah penuh penyesalan,
"Tapi siapa yang akan menyangka kejutan itu malah gagal...."
"Ah,
sebenarnya kejutannya tidak gagal sepenuhnya, kok," tukas Akira sambil
tersenyum. "Jujur saja, aku pernah mimpi tentang Gunder yang tiba-tiba
bisa ngomong waktu tidur tadi malam. Yeah, aku sendiri gak pernah nyangka sama
sekali kalau mimpi itu malah jadi kenyataan. Hahaha...."
Kedua mata
Profesor membulat seketika. Tidak pernah muncul di pikirannya sebuah kejutan
buatannya yang ternyata berawal dari mimpi yang dialami cucunya itu. Ia pun
tersenyum lega begitu tahu kejutan itu tidaklah sepenuhnya gagal, namun justru
membuat Akira mendapat suatu pengalaman yang unik.
-OMAKE-
"Kirain
ini ada hubungannya dengan kerusakan Gunder setelah pertandingan latihan dua
hari lalu," ucap Ryugu memulai obrolan singkatnya bersama Haruka.
"Tapi siapa yang bakal menyangka kalau ternyata Profesor cuma
berbohong."
"Bukan
bohong biasa, Ryu," tukas Haruka. "Mungkin itu bohong putih. Profesor
melakukannya demi suksesnya kejutan itu. Besok 'kan ulang tahunnya Akira."
"Tapi, masa' iya Gunder juga dipasangkan program itu tanpa sepengetahuannya?"
"Begitulah,
Profesor memang susah sekali ditebak."
Baik Haruka
maupun Ryugu mendesah massal di tempat sebagai pertanda pasrahnya mereka.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
0 komentar:
Posting Komentar